Forum Mahasiswa

Etika dalam Ungkapan Sayang Terhadap Anak

Selasa, 11 November 2025 - 19:03 | 460
Firda Aprilia Dewi Sastra, Kader PMII Cabang Kota Malang.
Firda Aprilia Dewi Sastra, Kader PMII Cabang Kota Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Belakangan sedang ramai diperbincangkan kasus terkait sosok yang disebut Gus dan Pendakwah yaitu Elham terhadap anak-anak perempuan di bawah umur. Dalam banyak video yang beredar, ia kerap kali menunjukkan perilaku yang mencerminkan kasih sayang, yaitu mencium anak-anak.

Imam Nawawi dalam kitabnya yang berjudul al-Adzkar, menyampaikan bahwa mencium anak kecil merupakan sunnah. Ini berlaku untuk anak sendiri, anak teman, atau anak orang lain, maupun saudara, entah itu di pipi atau bagian tubuh lainnya selain area sensitif.

Advertisement

Namun timbul perdebatan antara masyarakat dan juga netizen yang dikaitkan dengan etika Alih-alih pengungkapan kasih sayang kepada anak kecil tindakan Elham malah lebih layak disebut sebagai pedofilia.  

Berdasarkan penelitian, pedofilia merupakan perilaku seks yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan norma yang berlaku, terlebih korbannya adalah anak-anak dibawah umur yang memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Dengan dalih memberikan iming-iming uang jajan, ia merayu anak yang bahkan tidak tahu bagaimana cara menolak untuk menciumnya. Ia juga tak ragu ‘menyedot’ pipi anak dan mengecup bibirnya. Selaku seorang yang disebut sebagai pendakwah, perilakunya yang menuai kontoversi sangat tidak mencerminkan perilaku tokoh agama.

Ada banyak cara dalam mengungkapkan kasih sayang kepada anak-anak, misalnya saja dengan mencium tangan dan juga mengusap kepalanya. Atau mencubit lembut pipinya jika memang terlalu gemas atas kelucuan tingkah anak-anak. Selama masih dalam batas wajar dan sopan santun, tentu tidak akan menuai kecaman publik.

Jika Elham dalam klarifikasinya menyampaikan pendapat publik adalah fitnah, sedangkan latar belakang tindakannya tidak jelas maksud dan tujuannya. Apakah tindakan demikian tetap wajar untuk dinormalisasi kedepannya?

Anak Tumbuh dari Doktrin dan Pendidikan Sosial

Anak-anak mendapatkan sebagian besar pendidikan dan pengetahuan dari lingkungan sosial. Oleh karena itu, diperlukan banyak doktrin positif di lingkungan sekitar untuk proses pengembangan pola pikir anak. 

Orang tua tentu mempunyai andil utama untuk menentukan ke arah mana anak akan belajar, namun kerabat dan tetangga tentu juga menjadi faktor atas hal tersebut.

Ketika untuk mendapatkan uang jajan anak-anak harus memenuhi syarat mencium orang lain. Maka akan tertanam di dalam diri anak bahwa tinggal mencium saja, pasti dapat uang jajan. Padahal mereka tidak tahu apakah tindakan itu benar atau salah, dan mereka juga tidak tahu apa dampak dari tindakan itu untuk kedepannya.

Ketika anak dicium oleh orang lain, ia hanya diam dan bingung. Karena tidak tau harus berbuat apa. Barangkali ia merasa risih, tapi melihat orang-orang di sekitarnya menganggapnya bukan sebuah masalah, ia diam saja dan menganggap hal itu suatu hal yang biasa.

Di zaman sekarang, banyak terjadi kasus pelecehan, entah itu terhadap perempuan dewasa, laki-laki, bahkan anak-anak. Maka dari itu, pendidikan mengenai seksualitas sangat perlu diajarkan kepada anak-anak sejak dini. 

Minimal mengenai pengetahuan tentang organ seksual dan cara menjaganya, serta batasan-batasan antara perempuan dan laki-laki. Hal ini bertujuan agar anak-anak menjadi lebih waspada dan bisa melindungi diri sendiri.

Selain itu, kita sebagai seorang dewasa juga perlu menjaga batasan tertentu. Walaupun jauh dari kata nafsu, setidaknya kita tetap memiliki etika terhadap anak-anak sebagai bentuk doktrin positif untuk proses pendidikannya.

 

***

*) Oleh : Firda Aprilia Dewi Sastra, Kader PMII Cabang Kota Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES