Fenomena Hari Tanpa Bayangan Muncul di Banyuwangi

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Fenomena alam langka kembali terjadi di langit Banyuwangi. Selasa (14/10/2025), matahari tampak bersinar sangat terik, namun tak ada bayangan benda tegak di permukaan tanah. Itulah yang dikenal dengan hari tanpa bayangan, atau dalam istilah ilmiahnya disebut kulminasi utama.
Prakirawan Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas III Banyuwangi, Anjar Triono Hadi, menjelaskan bahwa fenomena hari tanpa bayangan terjadi ketika posisi matahari tepat di atas kepala pengamat.
Advertisement
Menurut Anjar, dalam kondisi ini, deklinasi matahari atau garis lintangnya sama dengan lintang geografis tempat pengamatan.
“Saat kulminasi utama terjadi, bayangan benda tegak akan jatuh tepat di bawah benda itu sendiri, sehingga seolah-olah tidak ada bayangan. Ini terjadi sesuai dengan pergerakan semu matahari,” kata Anjar, Selasa (14/10/2025).
Dikatakan Anjar, fenomena tersebut merupakan bagian dari gerak semu tahunan matahari, yang tampak berpindah dari utara ke selatan dan sebaliknya setiap tahun.
Ilustrasi matahari tepat tegak lurus diatas diatas kepala atau Kulminasi Utama. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)
Untuk wilayah Banyuwangi yang berada di belahan bumi bagian selatan, posisi matahari saat ini sedang bergerak ke arah selatan.
“Kulminasi utama di Banyuwangi terjadi sekitar pukul 11.08 WIB. Waktunya bisa sedikit berbeda antar wilayah, tergantung pada koordinat masing-masing,” ujarnya.
Anjar menjelaskan, durasi hari tanpa bayangan ini sangat singkat, hanya berlangsung beberapa detik hingga menit. Namun, efek yang paling terasa bagi masyarakat adalah peningkatan suhu udara.
“Dalam beberapa hari terakhir, suhu memang terasa lebih panas karena tutupan awan sedikit. Itu juga dipengaruhi oleh posisi matahari yang sedang tinggi,” jelasnya.
Dalam kondisi ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan pada siang hari bila tidak ada keperluan mendesak.
“Gunakan pelindung seperti topi, payung, atau tabir surya untuk mengurangi paparan langsung sinar matahari,” tutup Anjar. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |