Peristiwa Daerah

Aktivis Pemuda Indonesia Timur Ajak Kaum Intoleran Belajar Toleransi dari Wilayahnya

Senin, 28 Juli 2025 - 13:27 | 23.09k
Aktivis Pemuda Indonesia Timur Sumba NTT Alfons Ratukani. (FOTO: Habibudin/TIMES Indonesia)
Aktivis Pemuda Indonesia Timur Sumba NTT Alfons Ratukani. (FOTO: Habibudin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SUMBA – Di tengah maraknya kasus intoleransi yang mencoreng wajah persatuan bangsa kini Aktivis Pemuda Indonesia Timur Alfons Ratukani mengajak kaum intoleran belajar dari wilayahnya.

“Indonesia darurat intoleransi, jika mau belajar toleransi belajarlah dari wilayah kami di Indonesia timur,”ungkap Alfons, Senin (28/7/2025).

Advertisement

Dimana, kata dia, kejadian beruntun satu bulan terakhir yang menandakan Indonesia darurat intoleransi mulai dari pembubaran secara paksa anak-anak kegiatan ret-ret di Cidahu, Sukabumi, penolakan pembangunan gereja Depok, penolakan pembangunan gereja di Kalimantan Barat, serta kasus-kasus terbaru seperti pembubaran secara paksa jemaat yang melakukan ibadah disalah satu gereja di Padang, Sumatera Barat.

Menyikapi hal itu, Aktivis pemuda dari Wilayah Indonesia Timur menyuarakan seruan damai dan solidaritas lintas Iman, budaya dan suku serta mengajak masyarakat Indonesia khususnya kaum intoleran untuk belajar langsung dari kehidupan toleran yang selama ini mereka praktikan di wilayahnya.

Selain itu, Alfon juga menyampaikan keprihatinan atas meningkatnya polarisasi dan diskriminasi berbasis identitas di sejumlah wilayah Indonesia terutama di kawasan urban dan pusat kekuasan.

“Kami di Indonesia Timur hidup berdampingan dengan berbagai agama, suku, dan bahasa setiap hari. Gerejapun berdampingan dengan Masjid bahkan perayaan hari besar agama kita saling menjaga bersama. Mengapa di tempat lain justru ada perbedaan yang dijadikan alasan untuk saling membenci,” tutur Alfons.

Menurutnya, beberapa lembaga pemantau kebebasan beragama dan berkeyakinan tahun 2025 mencatat lonjakan kasus intoleransi di berbagai daerah. Mulai dari pelarangan pendirian rumah ibadah, diskriminasi terhadap kelompok minoritas, hingga ujaran kebencian berbasis SARA di media sosial. Oleh sebab itu dari kasus tersebut kaum intoleran diajak belajar toleransi di wilayah timur Indonesia.

“Kami tidak ingin Indonesia ini hancur karena kebencian namun kami ingin menunjukkan bagaimana kami bisa hidup rukun dan damai meski berbeda. Mari datang di tanah air kami melihat sendiri bagaimana toleransi menjadi budaya bukan sekadar slogan,” tegas Alfons, yang juga mantan Aktivis Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia.

Ditambahkannya, menyikapi persoalan intoleransi di beberapa wilayah NKRI pihaknya meminta Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Agama dan Pemangku kepentingan lainnya di negeri ini untuk menindak secara tegas dan menyikapi kasus-kasus yang terjadi akhir-akhir ini.

Alfons menyampaikan, sebagai bangsa yang majemuk. Indonesia berdiri diatas semangat Bhineka Tunggal Ika yang menerima semua perbedaan menjadi kekuatan persatuan.

“Maka pentingnya pendidikan karakter dialog lintas iman dan penegakan hukum bagi kaum intoleran. Ini menjadi pengingat bahwa toleransi bukanlah pilihan melainkan kewajiban moral dan konstitusional yang memberikan jaminan kepada warga negara soal kebebasan beragama yang diatur dalam pasal 28 E Ayat(1) UUD 1045,” tutup Alfons. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES