Peristiwa Daerah

Limbah Tambak Diduga Jadi Biang Kerok Turunnya Produksi Rumput Laut di Banyuwangi

Jumat, 15 Agustus 2025 - 20:22 | 5.81k
Ilustrasi pembudidaya rumput laut di Banyuwangi. (FOTO: Ilustrasi AI)
Ilustrasi pembudidaya rumput laut di Banyuwangi. (FOTO: Ilustrasi AI)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Produksi rumput laut di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dilaporkan mengalami penurunan drastis bahkan nol produksi. Kondisi ini menjadi sorotan Dinas Perikanan (Disperikan) Banyuwangi yang berencana melakukan investigasi untuk memastikan penyebabnya.

Kepala Disperikan Banyuwangi, Suryono Bintang Samudera, mengatakan bahwa pihaknya menerima laporan dari masyarakat pesisir yang biasa menanam rumput laut.

Advertisement

Warga menyebut, meski di sekitar wilayah mereka terdapat tambak, sebelumnya tidak pernah terjadi masalah berarti terhadap pertumbuhan rumput laut.

“Sekarang kondisinya berbeda. Warga menyampaikan keluhan bahwa produksi rumput laut menurun tajam, bahkan di beberapa lokasi sudah tidak ada lagi yang tumbuh,” kata Suryono, Jum’at (15/8/2025).

Menurut Suryono, warga menduka penurunan ini berkaitan dengan limbah tambak yang dibuang langsung ke perairan. Jika dulu pembuangan limbah tidak menimbulkan dampak besar, kini diduga limbah tersebut mengandung bahan berbahaya yang tidak sempat terurai sebelum mengalir ke laut.

“Kalau dulu limbah tambak ini mungkin masih aman, tapi sekarang sepertinya ada zat yang sifatnya berbahaya sehingga bisa merusak ekosistem perairan. Nah itu yang sedang kami telurusi,” ujarnya.

Disperikan Banyuwangi, lanjut Suryono, berencana turun langsung ke lapangan untuk memeriksa kondisi perairan, mengambil sampel, dan meneliti kandungan limbah yang dibuang.

“Berdasarkan laporan warga, kami akan melakukan investigasi untuk memastikannya,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Banyuwangi, Emy Wahyuni Dwi Lestari, menyatakan bahwa penurunan produksi rumput laut tidak bisa dianggap enteng.

Senada dengan Suryono, Emy menyebut bahwa berdasarkan laporan dari masyarakat, rusaknya budidaya rumput laut diduga disebabkan oleh pencemaran limbah tambak yang dibuang ke laut tanpa melalui proses penyaringan.

“Banyak yang mengadu ke kami. Mereka menyampaikan bahwa limbah dari tambak langsung mengalir ke laut dan merusak habitat rumput laut. Ini harus segera ditindaklanjuti,” katanya.

Lebih lanjut, Emy mengatakan bahwa dampak dari pencemaran limbah tambak juga dirasakan oleh nelayan lokal yang hasil tangkapannya menurun. Ia menegaskan pentingnya langkah cepat dan konkret untuk menyelesaikan persoalan ini.

Sebagai upaya tindak lanjut, Komisi II DPRD Banyuwangi akan menggelar rapat dengar pendapat dengan pihak-pihak terkait. Mereka akan memanggil Disperikan, Dinas Lingkungan Hidup, perwakilan petani rumput laut, nelayan terdampak, serta para pengusaha tambah yang beroperasi di kawasan tersebut.

“Kita perlu turun ke lapangan dan mendengar dari semua pihak. Harus ada solusi konkret agar limbah yang dibuang ke laut tidak mencemari lingkungan,” tegas Emy.

Dengan langkah koordinasi lintas pihak ini, diharapkan penyebab pasti turunnya produksi rumput laut segera terungkap, sehingga solusi yang diambil benar-benar efektif memulihkan produksi rumput laut di Bumi Blambangan yang dikenal sebagai produsen rumput laut terbesar kedua di Jawa Timur. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES