Dari Wayang hingga Motor Pustaka: Kisah Cak Amir, Pahlawan Literasi yang Menyinari Probolinggo

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Di balik pesona Gunung Bromo dan pantai Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo menyimpan tantangan besar. Rendahnya literasi masyarakat masih menjadi persoalan.
Namun, di tengah kondisi ini, Muhammad Amir Hamzah atau yang akrab disapa Cak Amir bersama Rumah Baca atau RB Cahaya hadir sebagai lentera perubahan.
Advertisement
RB Cahaya Probolinggo, yang didirikan Cak Amir dan bersama sang istri, Noor Lia Khan pada 2019 di Desa Pohsangit Tengah, Kecamatan Wonomerto, bukan sekadar perpustakaan biasa.
Dengan koleksi 2.000+ buku dan 54 anak didik dari pra-PAUD hingga SLTA, rumah baca ini menjadi tempat belajar gratis bagi anak putus sekolah, yatim, dan dhuafa.
Rumah baca itu berada di gubuk sederhana yang ditinggali oleh sepasang kekasih ini. Separo dari tubuh rumahnya dijadikan area baca dan belajar para anak didiknya.
Padahal, pada tahun 2019 kala itu, pemahaman masyarakat setempat terhadap pendidikan masih tergolong terbelakang. Mereka masih banyak yang mengamini dengan kebiasaan menikah muda atau bekerja sejak lulus SD.
Namun keadaan tersebut tak membuat Cak Amir kibarkan bendera putih. Sebaliknya, semangatnya semakin mendidih dan terus bergerak dari langkah-langkah kecilnya.
"Kami ingin memutus lingkaran setan buta aksara, pernikahan dini, dan kenakalan remaja," ujar Cak Amir, yang juga dikenal sebagai Pahlawan Literasi.
Hingga akhirnya, perjuangan yang tertatih-tatih itu membuahkan hasil. Sejumlah anak-anak desanya mulai tertarik untuk ikut belajar di RB Cahaya.
Tak berhenti di situ saja. Cak Amir semakin tergerak untuk mengepakkan sayap pada desa lain. Tak hanya sekedar rumah baca atau perpustakaan keliling.
Ia juga turut memutar otak agar metode pembelajaran yang dibawanya dapat diterima oleh anak-anak muda di tempat lain.
Cak Amir mengawinkan tradisi dan teknologi. Melalui program Pustaka Wayang Bergerak, ia mendongeng dengan wayang golek dan boneka tangan, menyisipkan pesan pentingnya pendidikan.
Sementara Pustaka Motor Bergerak menjangkau 30+ titik di Probolinggo, mengajar anak-anak di TPQ, SD, hingga pelosok desa dengan rata-rata 70 peserta per titik.
Prestasi dan Kolaborasi
Setelah letih membabat alas ketidakpahaman masyarakat terhadap pendidikan, usaha penuh keringat itu pun terbayarkan. Meski itu bukan menjadi tujuan utama, Cak Amir mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Termasuk dukungan buku hingga uang prestasi.
Tak hanya lokal, jerih payah Cak Amir dilirik hingga manca negara. Salah satu anak didiknya meraih penghargaan penulis puisi dari Malaysia, Juara 1 Kisah Inspiratif Kemenko PMK (2022 dan 2023), hingga Hibah Motor Pustaka dari Pustaka Bergerak Indonesia. RB Cahaya Probolinggo juga menerima bantuan 1.000 buku dari Perpusnas dan dana Rp50 juta dari Badan Pusat Bahasa dan Sastra.
Kolaborasi dengan pemangku kepentingan seperti Dinas Perpustakaan, sekolah, dan komunitas memperluas dampak gerakan ini. Bahkan Bupati Probolinggo, Gus dr. Mohammad Haris, menyebut Cak Amir sebagai "Role Model Rumah Baca" yang mampu mengembalikan minat baca di era gadget.
Tak disangka juga, RB Cahaya Probolinggo yang digagas oleh Cak Amir dan sang pujaan hatinya itu, meraih penghargaan Inovasi Daerah Kabupaten Probolinggo 2025. Ia mendapat juara pertama dari kategori inovasi masyarakat umum.
Tantangan dan Harapan
Meski sudah menjamur ke kecamatan lain melalui Taman Baca dan Menulis (TMB) Pelita Aksara dan Bintang Literasi, tantangan seperti rendahnya kesadaran orang tua dan minimnya sarana masih ada. "Kami terus mendorong pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama memajukan literasi," tegas Cak Amir, yang kini sedang mempersiapkan TBM baru di Banyuanyar dan Krucil.
Dengan semangat "Probolinggo SAE", Cak Amir membuktikan bahwa literasi bukan sekadar baca-tulis, tapi pintu menuju masa depan cerah. "Buku adalah jendela dunia, dan kami ingin semua anak di Probolinggo bisa melihatnya," tutupnya penuh haru. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Rizal Dani |