Peristiwa Daerah

Ogoh-Ogoh Kerbau di Ngadiharjo, Magelang: Simbol Ketahanan Pangan dan Semangat Bertani di Tengah Tantangan Alam

Senin, 11 Agustus 2025 - 18:59 | 8.06k
Selain kerbau, ogoh-ogoh berbentuk Garuda juga menyita banyak perhatian warga yang menyaksikan karnaval. (FOTO: Dok. Panitia for TIMES Indonesia)
Selain kerbau, ogoh-ogoh berbentuk Garuda juga menyita banyak perhatian warga yang menyaksikan karnaval. (FOTO: Dok. Panitia for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MAGELANG – Desa Ngadiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, merupakan salah satu desa di lereng Pegunungan Menoreh yang menghadapi tantangan serius dalam hal ketahanan pangan. 

Seperti halnya desa-desa lain di kawasan tersebut, Ngadiharjo bukanlah daerah yang kaya sumber air. Ketika musim kemarau panjang tiba, dusun-dusun di desa ini bergantung pada bantuan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dan pertanian.

Advertisement

Warga setempat mengandalkan sawah tadah hujan dan menanam berbagai jenis palawija yang tidak membutuhkan banyak air.

Namun, keterbatasan sumber daya ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk menjaga ketahanan pangan secara mandiri.

“Masalah ketahanan pangan jadi hal serius di kampung kami. Kami ingin anak-anak muda menyadari bahwa persoalan ketersediaan sumber pangan harus jadi perhatian,” ujar Hamit Hartanto, warga Dusun Karangtengah Selatan, Senin (11/8/2025).

Menurut Hamit, bertani bukan hanya soal menghasilkan pangan, tetapi juga tentang membangun kesadaran akan pentingnya kebersihan dan pelestarian lingkungan. 

“Dari bertani semuanya akan bisa makmur. Kalau kita sadar pertanian, kita juga akan sadar kebersihan. Sadar untuk menjaga lingkungan,” tambahnya.

ogoh-ogoh-a.jpg

Dalam rangka menggugah semangat generasi muda untuk kembali mencintai pertanian, warga RT 04 Dusun Karangtengah Selatan menampilkan ogoh-ogoh berbentuk kerbau dalam karnaval tahunan yang digelar Minggu, 10 Agustus 2025.

Ogoh-ogoh kerbau raksasa tersebut diarak oleh puluhan pemuda sebagai simbol ketahanan pangan dan kerja keras.

“Kami memilih karakter kerbau yang mewakili watak pekerja keras,” jelas Hamit. 

Ia berharap simbol tersebut mampu memberi semangat kepada para pemuda untuk merawat pertanian dan menjaga lingkungan. “Bertani itu tidak jelek. Sangat istimewa bahkan. Tanpa petani, beras mungkin akan langka,” tegasnya.

Karnaval tahunan Dusun Karangtengah Selatan juga mengangkat tema sosial, nasionalisme, dan lingkungan. Para peserta tidak hanya menyampaikan pesan melalui tema, tetapi juga melakukan aksi nyata dengan mengurangi penggunaan bahan yang berpotensi menjadi sampah.

Hampir seluruh material ogoh-ogoh berasal dari bahan daur ulang, termasuk limbah spon ati eva, ini adalah material sandal upanat yang digunakan pengunjung Candi Borobudur. Produksinya melibatkan warga lokal yang mampu membuat sekitar 1.200 pasang sandal setiap hari.

Sementara itu, Ketua Pemuda Dusun Karangtengah Selatan, Iwan Widiatmoko, menjelaskan bahwa panitia tidak menentukan tema khusus untuk peserta karnaval tahun ini. 

“Tema sebetulnya bebas sesuai kreasi masing-masing RT. Kami ingin mengukur kreativitas warga dari tiap RT, biar mengekspresikan diri dengan maksimal,” ujarnya.

Lima RT ikut berpartisipasi dalam karnaval tahun ini, sementara satu RT absen karena jumlah kepala keluarganya sedikit. Karnaval yang rutin digelar sejak 2015 ini menunjukkan perkembangan dari tahun ke tahun, baik dari segi inovasi kesenian maupun jumlah peserta. 

Tidak kurang dari 1.000 warga terlibat, mulai dari peserta, panitia, hingga petugas keamanan. “Bisa dibilang 90 persen warga Dusun Karangtengah Selatan terlibat semua,” kata Iwan.

Meski ada unsur kompetisi, suasana karnaval tetap guyub dan penuh semangat gotong royong. Para peserta bahkan saling tukar bahan baku seperti cat dan spon ati eva. 

“Kita memang membangun suasana gotong royong,” tambah Iwan. Seluruh biaya pembangunan ogoh-ogoh ditanggung secara swadaya oleh warga. RT 03, misalnya, hanya mengeluarkan biaya Rp350.000, sebagian besar berupa konsumsi dan bahan yang harus dibeli, sementara sisanya berasal dari donasi warga dalam bentuk barang.

Selain karnaval, pemerintah Desa Ngadiharjo bersama para donatur juga mengadakan santunan untuk anak yatim piatu dan kegiatan bakti sosial, memperkuat nilai solidaritas dan kepedulian sosial di tengah masyarakat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES