Banjir Bali Tewaskan 9 Orang, Status Tanggap Darurat Ditetapkan

TIMESINDONESIA, DENPASAR – Banjir besar melanda Pulau Bali sejak Selasa (9/9/2025) malam hingga Rabu, menewaskan sedikitnya sembilan orang dan berdampak pada 600 warga.
Hujan deras yang mengguyur sejak malam hingga dini hari membuat sejumlah wilayah tergenang, merobohkan bangunan, serta menutup akses jalan utama di Denpasar dan sekitarnya.
Advertisement
Juru bicara BNPB Abdul Muhari menyebut lima korban jiwa ditemukan di Denpasar, sementara empat lainnya berada di Jembrana, Gianyar, dan Badung.
Selain itu, dua orang masih dinyatakan hilang. Sekitar 200 warga terpaksa mengungsi ke sekolah dan masjid karena rumah mereka masih terendam banjir.
Kepala Basarnas Bali, I Nyoman Sidakarya, melaporkan dua bangunan runtuh akibat banjir di Denpasar. Ia menambahkan, akses menuju Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai terganggu karena hanya kendaraan besar seperti truk yang bisa melintas. Sebanyak 200 personel penyelamat sudah diterjunkan ke lokasi terdampak.
Banjir juga menyebabkan kemacetan parah di sejumlah jalan utama, bahkan menutup jalur strategis di kawasan wisata Legian, Badung. Video kondisi tersebut beredar luas di media sosial.
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan meminta Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto terbang langsung ke Bali untuk memimpin penanganan darurat. “Fokus utama adalah memastikan kebutuhan dasar warga terpenuhi,” ujar Presiden.
BNPB menetapkan Bali berstatus tanggap darurat bencana, terutama untuk wilayah Denpasar, Jembrana, Badung, dan Gianyar. “Awalnya tanggap darurat akan ditetapkan dua minggu, namun setelah evaluasi diputuskan cukup satu minggu,” kata Suharyanto di Denpasar, Rabu malam.
Menurutnya, status tanggap darurat bukan berarti pemerintah daerah tidak mampu menangani bencana, melainkan mekanisme administrasi agar bantuan pusat lebih cepat turun. “Bencana sebesar apa pun tidak bisa ditangani sendirian, butuh kolaborasi,” ujarnya.
BNPB sudah menyalurkan bantuan awal senilai lebih dari Rp1 miliar, termasuk perahu karet, mesin pompa, tenda, sembako, selimut, dan matras. Bantuan tambahan berupa genset dan perlengkapan lainnya diperkirakan mencapai Rp5 miliar.
Suharyanto menambahkan, curah hujan ekstrem yang dipicu fenomena gelombang ekuatorial Rossby menjadi penyebab utama banjir. Hingga Rabu malam, sembilan korban tewas sudah ditemukan, sementara enam lainnya masih dalam pencarian. Ia menegaskan pencarian akan terus dilakukan hingga enam hari ke depan.
Selain korban jiwa, banjir juga merusak sejumlah infrastruktur, termasuk jalan dan jembatan. Pemerintah daerah dan pusat sepakat segera melakukan perbaikan mulai malam itu juga. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |