TIMESINDONESIA, SURABAYA – Peminjaman modal tanpa agunan, kini dapat dinikmati pelaku UMKM di seluruh Indonesia. Hal itu disampaikan oleh Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Bambang Haryo Soekartono (BHS) saat mengunjungi UMKM ekonomi kreatif di Surabaya.
Dalam pengembangan modal, pemerintah memberikan keringanan Kredit Modal Kerja (KUR) berlaku untuk UMKM. Pemerintah menambah permodalan KUR dalam bentuk peminjaman modal tanpa agunan.
“Peminjaman modal sampai Rp100 juta, dan itu tanpa agunan, hal ini dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM yang kesulitan dalam hal permodalan,” ujarnya saat mengunjung sentra kerajinan tangan UMKM di Jalan Kampung Malang, Surabaya, Rabu (6/8/2025).
Di samping itu, BHS menyampaikan standarisasi produk juga harus sesuai SNI, ini untuk mendorong produk handy craft tersebut dapat bersifat massal. Tidak hanya itu saja, produk UMKM dapat dipasarkan di luar negeri.
“Produk handy craft tas ini cukup bagus, semuanya dilakukan dengan tangan. Sayang jika tidak distandarisasikan SNI, apalagi produknya sudah diminati masyarakat mancanegara. Sudah ke Eropa, Jepang dan beberapa negara lainnya,” ujarnya.
Selain itu, BHS mengimbau kepada pemerintah daerah untuk mempermudah segala pengurusan yang dibutuhkan UMKM, salah satunya sertifikasi yang tidak perlu ada biaya, sehingga pelaku UMKM dapat mengembangkan usahanya tanpa ada beban biaya yang ditanggung.
Sementara pemilik pengrajin tas, Nena Nemo, merupakan pengrajin yang cukup lama menggeluti kerajinan tas. Sri Sulasti Ningsih dan suaminya sejak tahun 2003 memproduksi tas. Pasangan suami istri ini berbagi tugas, ia membuat tas sedangkan suaminya melukis.
“Tas yang sudah saya buat dilukis oleh suami saya, dan hasilnya banyak yang menyukai. Untuk ekspor ke Jepang pernah, tapi tidak dalam jumlah banyak,” tutur Sulastri didampingi suaminya.
Kunjungan UMKM dalam rangka reses ini, juga dilakukan BHS di pelaku UMKM lainnya. Pembuat kue kering yang berada di lokasi Jalan Purwodadi Surabaya, sangat senang dengan kunjungan anggota dewan.
“Alhamdulillah dengan kunjungan bapak (BHS) bisa menjadi tameng, sehingga kita merasa dilindungi dan kita mendapat kesempatan menumpahkan curahan UMKM,” ungkap Mariana Fitriah, pembuat kue kering Ayu Cookies.
Selain itu, Mariana menyampaikan bahwa kunjungan anggota dewan ke pelaku UMKM bisa langsung diskusi.
"Apa yang kita rasakan sebagai pelaku umkm selama ini masih mempunyai kendala," ucapnya.
Sementara itu BHS berharap, produktivitas UMKM meningkat sehingga menjadi UMKM yang lebih besar lagi. Ia menilai produk lokal setidaknya dikenal luas oleh publik, dalam hal ini Surabaya Raya, Sidoarjo, Mojokerto, Gresik dan Pasuruan.
Di samping itu, ia juga menyampaikan kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan untuk bisa mendukung percepatan peningkatan pesyaratan pruduk UMKM naik kelas. Misalnya masalah BPOM dan peryaratan UMKM menuju naik kelas.
“Masih ada keluhan ketika melakukan pengurusan BPOM sebagai persyaratan UMKM di bidang makanan. Persyaratan higines yang terlalu rumit, seperti dapur harus terpisah. Sementara jika dapur tidak terpisah tetap kotor juga percuma juga. Yang saya lihat di Ayu Cokies, dapurnya bersih meski tidak ada pemeriksaan,” tuturnya.(*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Deasy Mayasari |
DKPP Pacitan Klaim 104 Ribu NIK Petani Penerima Pupuk Bersubsidi 2025 Sudah Valid
Presiden Prabowo Subianto Tingkatkan Status dan Panglima Tiga Korps Elite TNI Menjadi Bintang Tiga
Operasi Patuh Semeru 2025: 6.900 Warga Sidoarjo Padati Kejari untuk Bayar Tilang
Surplus Beras 4 Juta Ton, Kodim 0617 Majalengka Tegaskan Komitmen Kawal Pangan Nasional
Pemkab Cianjur Targetkan 300 Ribu Pelajar Jalani Cek Kesehatan Gratis oleh Ratusan Nakes
Kader MKGR Jatim Nobar Lyora, Kisah Perjuangan Meutya Hafied dan Suami Dapatkan Anak
Gresik Peringati HUT ke-80 RI dengan Aksi Bersih Pantai
Personal Branding sebagai Pilar Strategi Pemasaran
IAIT Pacitan Perkuat Kurikulum Lewat Workshop OBE
Praperadilan Kasus Korupsi PJU Dishub Cianjur, Tersangka DG Tantang Kejari soal Prosedur