TIMESINDONESIA, BANDUNG – Otoritas Jasa Keuangan Jawa Barat (OJK Jabar) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) menggagas langkah strategis dengan menyalurkan kredit perbankan untuk pengembangan subsektor sapi perah.
Inisiatif ini diharapkan mampu menghidupkan kembali produktivitas peternak, menutup kesenjangan kebutuhan susu, dan menjadikan Jawa Barat sebagai sentra produksi susu nasional.
Komitmen tersebut dipertegas dalam kegiatan Sarasehan dan Penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama Implementasi Pengembangan Peternak Sapi Perah yang digelar di Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Acara ini mempertemukan OJK Jawa Barat, Pemerintah Daerah, perbankan, dan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa Barat.
Kepala OJK Jawa Barat, Darwisman, menekankan bahwa penguatan subsektor sapi perah tidak bisa hanya ditopang oleh peternak, tetapi membutuhkan dukungan akses pembiayaan yang berkelanjutan.
“Potensi sapi perah di Jawa Barat sangat besar. Namun selama ini masih terkendala keterbatasan modal dan akses pembiayaan. Melalui kerja sama ini, kami ingin memastikan kredit perbankan mengalir lebih optimal, sehingga para peternak mampu kembali mengisi kandang-kandang yang saat ini kosong,” ujar Darwisman, Rabu (17/09/2025).
Ia menyebut, setidaknya ada kebutuhan pembiayaan hampir Rp968 miliar untuk menutup kekosongan 21.550 ekor sapi perah milik anggota GKSI Jawa Barat yang terdampak wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada 2022.
Harga sapi indukan lokal saat ini sekitar Rp25 juta per ekor, sedangkan sapi impor dari Australia bisa mencapai Rp45 juta per ekor. Pemerintah pusat sendiri sudah menetapkan kuota impor 3.500 ekor pada 2025 dengan kebutuhan dana Rp157,5 miliar.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia per Juni 2025, penyaluran kredit subsektor pembibitan dan budidaya sapi perah di Jawa Barat baru mencapai Rp230,94 miliar, tumbuh tipis 2,62 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Angka itu masih sangat kecil, hanya 1,07 persen dari total kredit sektor pertanian sebesar Rp21,63 triliun. Melalui skema kerja sama baru, OJK bersama perbankan menargetkan penyaluran kredit sapi perah bisa melonjak hingga Rp1,19 triliun atau sekitar 5,5 persen dari total kredit pertanian.
Bank BJB dan BRI menjadi dua lembaga keuangan utama yang akan mengucurkan pembiayaan bagi subsektor ini. Menurut Darwisman, target Rp1 triliun bukanlah angka yang mustahil dicapai jika ada sinergi yang baik antara OJK, pemerintah, perbankan, dan koperasi peternak.
“Kami ingin subsektor sapi perah ini menjadi motor penggerak ekonomi pedesaan. Kredit akan menjadi jembatan bagi peternak untuk bangkit kembali setelah terpukul pandemi dan wabah PMK,” tegasnya.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat sendiri menaruh harapan besar pada program ini. Sekretaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman, menyatakan pihaknya menargetkan Jawa Barat bisa kembali menduduki peringkat pertama produsen susu nasional dalam dua tahun ke depan.
Saat ini jumlah sapi perah di Jawa Barat hanya tersisa sekitar 14 ribu ekor, turun drastis dari 30 ribu ekor pada tahun sebelumnya. Penurunan ini berdampak pada turunnya produksi susu menjadi 239 ribu ton per tahun, jauh dari kebutuhan konsumsi masyarakat Jawa Barat yang mencapai 336 ribu ton.
“Kami tidak ingin terus bergantung pada pasokan luar. Dengan adanya kredit dari perbankan, kami optimistis bisa mempercepat pemulihan jumlah sapi perah, sekaligus meningkatkan produksi susu dalam negeri,” kata Herman.
Ia juga menyebut bahwa program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) akan menjadi pendorong utama, karena diperkirakan meningkatkan permintaan susu lokal secara signifikan dalam waktu dekat.
Selain pembiayaan, pemerintah daerah menyiapkan strategi pengembangan yang komprehensif. Mulai dari penyediaan bibit unggul, ketersediaan pakan berkualitas, penguatan koperasi, hingga pengelolaan limbah yang berkelanjutan.
Dengan langkah terintegrasi ini, Jawa Barat diharapkan mampu mengembalikan kejayaannya sebagai lumbung susu nasional, sekaligus mengangkat kesejahteraan ribuan peternak kecil di wilayah pedesaan.
Darwisman menegaskan, keberhasilan program ini sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektor.
“Kami tidak bisa berjalan sendiri. Dukungan dari pemerintah daerah, kementerian terkait, perbankan, dan juga masyarakat sangat dibutuhkan. Yang terpenting adalah memastikan bahwa setiap kredit yang disalurkan benar-benar bermanfaat dan meningkatkan produktivitas peternak,” ujarnya.
Ia menambahkan, peran OJK tidak hanya sebatas mendorong perbankan menyalurkan kredit, tetapi juga memperkuat literasi dan inklusi keuangan di tingkat desa. Dengan pemahaman yang baik, peternak diharapkan mampu mengelola pinjaman dengan bijak sehingga tercipta siklus usaha yang berkelanjutan.
Kini harapan besar tertuju pada implementasi nyata. Jika pembiayaan benar-benar mengalir sesuai target, ribuan kandang yang kosong dapat kembali terisi, produksi susu lokal meningkat dan konsumsi masyarakat terpenuhi tanpa harus bergantung pada impor.
Lebih jauh lagi, program ini diharapkan menciptakan efek berganda bagi perekonomian desa, mulai dari terbukanya lapangan kerja, berkembangnya usaha pakan ternak, hingga meningkatnya daya beli masyarakat.
Bandung dan wilayah sekitar Lembang yang selama ini dikenal sebagai sentra sapi perah diproyeksikan kembali hidup dengan geliat peternakan.
Peternak yang sempat terpuruk bisa bangkit, sementara generasi muda pedesaan diharapkan tertarik melanjutkan usaha keluarga karena adanya kepastian pasar dan akses pembiayaan.
Dengan semangat kolaborasi, Jawa Barat berpeluang besar mengembalikan statusnya sebagai produsen susu nomor satu di Indonesia. Bagi OJK, program ini tidak hanya sebatas mengalirkan kredit, melainkan bagian dari upaya besar membangun kemandirian ekonomi berbasis desa dan menjaga ketahanan pangan nasional.
“Ini bukan hanya soal angka kredit, tetapi soal bagaimana kita bersama-sama membangun ekosistem yang sehat, kuat, dan berkelanjutan bagi subsektor sapi perah,” tutup Darwisman. (*)
Pewarta | : Djarot Mediandoko |
Editor | : Ronny Wicaksono |
Meski Naik DPRD Bondowoso Dorong Pemkab Lebih Optimal Tingkatkan PAD
Kukuhkan 1.175 Wisudawan Universitas Ibrahimy Situbondo, 2 Mahasiswa Berangkat Umroh
Mengenal Letkol Cke Hendrik Setyobudi, Putra Kediri yang Kini Menjabat Kakomlekdam V Brawijaya
Jalan Sawah Landungsari Tertutup Tembok Perumahan, PDI Perjuangan Minta Pemerintah Jaga Hak Petani
Banjir Bandang Bali dan NTT, Pakar UGM Tekankan Urgensi Ruang Terbuka Hijau di Kota
Ma’ruf Amin Minta Publik Tidak Terjebak Framing Negatif terhadap Pesantren
Kajati Malut Resmikan Kantor Kejaksaan Kepulauan Morotai, Begini Apresiasi Bupati Rusli Sibua
Komisi II DPR RI Usulkan Revisi UU Pemilu Masuk Prolegnas Prioritas 2026
Belasan Siswa SMA Negeri 2 Lamongan Dilarikan ke RS, Diduga Keracunan
Letkol Cke Hendrik Setyobudi Resmi Jabat Kakomlekdam V Brawijaya