TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menilai rendahnya imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) mencerminkan kepercayaan tinggi investor, baik asing maupun domestik, terhadap kekuatan dan prospek ekonomi Indonesia ke depan.
“Yield-nya rendah kan berarti kita bagus. Orang lain percaya sama kita, baik domestik maupun asing,” kata Purbaya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (13/10/2025) malam.
Menurutnya, yield SBN tenor 10 tahun saat ini berada di kisaran 5,9 persen, yang disebut sebagai level terendah dalam 20 tahun terakhir. Kondisi tersebut menjadi sinyal positif bahwa pasar menilai fundamental ekonomi nasional masih kuat dan stabil.
“Kalau tidak ada kepercayaan, yield tidak mungkin bisa turun seperti ini,” tegas Purbaya.
Data dari Bank Indonesia melalui laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah menunjukkan, imbal hasil SBN 10 tahun tercatat sebesar 5,94 persen per Kamis (16/10). Tren ini terus menurun dalam beberapa bulan terakhir.
Sebagai perbandingan, imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury Note) dengan tenor sama berada di level 3,975 persen. Dengan demikian, selisih atau spread antara yield SBN Indonesia dan US Treasury menyempit menjadi 1,97 persen atau 197 basis poin (bps).
Dari sisi aliran dana, sejak awal tahun hingga 16 Oktober 2025, investor nonresiden tercatat melakukan beli neto senilai Rp17,28 triliun di pasar SBN. Sementara itu, pasar saham dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masih mencatatkan jual neto masing-masing sebesar Rp51,24 triliun dan Rp132,75 triliun.
Berdasarkan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), total outstanding SBN per akhir September 2025 mencapai Rp6.592 triliun. Jumlah ini terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp5.301 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp1.290 triliun.
Rincian dari SUN mencakup Obligasi Negara (jangka panjang) senilai Rp5.243 triliun dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN, jangka pendek) sebesar Rp58,7 triliun.
Dari sisi kepemilikan, bank swasta nasional menjadi pemegang SUN terbesar dengan nilai Rp526 triliun, diikuti oleh bank pemerintah/BUMN Rp316,5 triliun dan bank asing Rp74,9 triliun. Adapun pada instrumen SPN, kepemilikan terbesar dipegang oleh bank pemerintah senilai Rp3,45 triliun dan bank asing Rp2,58 triliun.
Turunnya yield SBN Indonesia dianggap sebagai sinyal positif bahwa stabilitas ekonomi makro tetap terjaga. Kondisi ini juga memperkuat posisi Indonesia di mata investor global sebagai salah satu negara berkembang dengan fundamental ekonomi paling solid di kawasan Asia. (*)
Pewarta | : Antara |
Editor | : Imadudin Muhammad |
Gebang Palace: A Silent Witness to the Young Soekarno’s Days in Blitar
Selamatkan Pantura, Presiden Prabowo Pastikan Pembangunan Tanggul Laut Raksasa 535 km
Pusara Dapur MBG di Meja Suara Wakil Rakyat Marga Mubaroq
Mbappe, Kane, dan Haaland Siap Adu Tajam di Liga Champions Pekan Ini
Kemenekraf RI Hidupkan Sejarah Malahayati Lewat Film Animasi
BCA Optimistis Pertumbuhan Kredit Melonjak di Akhir 2025
Unud Tegaskan Tak Ada Tekanan Akademik di Kasus Mahasiswa TAS
UC Ventures Raih Penghargaan Nasional AIBI Award 2025
Prabowo Minta Dana Hasil Korupsi CPO Rp13 Triliun Dialokasikan untuk LPDP
Menkeu Purbaya Optimistis Tekan Risiko Shortfall Pajak di Akhir 2025