TIMESINDONESIA, JAKARTA – Komunitas penggemar mobil Jeep klasik Jakarta American Jeep (JAJ) yang akan berusia 42 tahun, menyelesaikan produksi film pendek berjudul Antara Cinta dan Rasa.
Film ini digagas dan diproduksi secara mandiri oleh salah satu anggotanya, Wawan Wood, yang terdorong oleh rasa kepedulian mendalam terhadap perkembangan dan eksistensi komunitas yang telah menjadi keluarga baginya.
Dalam proses produksinya, Wawan menggandeng Chiska Doppert, rekan yang pernah bekerja bersamanya dalam sejumlah film layar lebar.
Proyek sinematik ambisius ini menjadi langkah awal menuju pembuatan film dokumenter tentang kelahiran JAJ di masa mendatang.
Proses Scene film hari pertama, Antara Cinta dan Rasa, dalam adegan upacara bendera di puncak Marinos 2. (Foto: Fadly for TIMES Indonesia)
“Film ini diharapkan mampu mencatat dan memublikasikan sejarah serta nilai-nilai persaudaraan JAJ, yang selama ini belum terdokumentasikan secara luas, baik bagi anggota maupun publik,” ujar Wawan Wood, sutradara sekaligus produser film tersebut, Selasa (4/11/2025).
Film ini juga diharapkan dapat membawa JAJ yang kini diketuai Eko Putranto untuk lebih dikenal publik dan tetap relevan dengan perkembangan zaman, sekaligus menjadi inspirasi bagi komunitas Jeep lainnya di Indonesia.
Sesi take shoot, Letjen (Purn) Mulyo Aji, Wawan Wood, Eko Putranto.(Ketua JAJ), Andy Pantjoro (Wakil Ketua JAJ), Prof Mansyur Achmad di lokasi shooting. (Foto: Arjuna for TIMES Indonesia)
Film yang disutradarai bersama oleh Wawan Wood dan Chiska Doppert ini diharapkan mampu menghadirkan karya visual yang sinematik dan mendalam.
Pengambilan gambar dilakukan di berbagai lokasi yang mencerminkan medan khas petualangan Jeep, mulai dari jalur ekstrem di Sentul City, kawasan perbukitan Bogor, hingga keindahan alam di Marinos 1, Marinos 2, De’ Pes Sentul Bogor, serta area urban di Jakarta Selatan.
Pemilihan lokasi tersebut secara visual diharapkan mampu menangkap esensi petualangan dan kecintaan anggota JAJ terhadap kegiatan touring dan adventure alam menggunakan kendaraan klasik mereka.
Didorong oleh semangat solidaritas dan kepedulian angkatan 41, Wawan Wood—yang resmi dilantik sebagai anggota dengan nomor 330 pada Juli 2025 meski telah 14 tahun aktif di dunia komunitas Jeep—mengaku ide pembuatan film ini muncul dari kesadaran setelah merasakan kuatnya solidaritas pasca pelantikan.
“Sebagai anggota angkatan 41, saya merasakan tumbuhnya rasa peduli dan semangat solidaritas di komunitas ini. Ada keinginan besar agar JAJ bisa terus berkembang sesuai zaman,” ungkapnya.
Inisiatif tersebut menjadi langkah nyata untuk mendorong kreativitas dan inovasi di lingkungan JAJ, sekaligus menginspirasi anggota lainnya agar berani berkreasi.
JAJ saat ini memiliki lebih dari 340 anggota resmi, dan bila termasuk calon anggota yang belum dilantik, jumlahnya mencapai lebih dari 500 orang. Keanggotaan ini terdiri dari berbagai generasi—senior dan junior—yang terikat oleh hubungan emosional yang kuat.
Saat break shooting di Marinos 2, Rahmat Haryanto (Cast) bersama Ketua JAJ, Eko Putranto, Letjen (Purn) Mulyo Aji, Wawan Wood, wakil ketua JAJ Andi Pantjoro, Prof. Mansyur Achmad. (Foto: Arjuna for TIMES Indonesia)
Wawan menggambarkan ikatan di JAJ sebagai “cinta dalam banyak arti”: cinta terhadap kegiatan off-road, sesama anggota, kendaraan tua peninggalan perang, petualangan alam, serta cinta terhadap komunitas yang solid, penuh kepedulian, dan saling membantu layaknya keluarga besar.
“Bergabung di komunitas ini menambah rasa percaya diri karena saya merasa memiliki keluarga besar di luar pekerjaan, sesuatu yang belum pernah saya rasakan di komunitas lain,” ujarnya.
Film Antara Cinta dan Rasa juga mengangkat kisah nyata tentang kepedulian dan kebersamaan para Jeepers di berbagai medan ekstrem dunia, sebuah semangat yang menjadi ruh utama komunitas ini.
Sebagai salah satu komunitas Jeep tertua dan terbesar di Indonesia, JAJ berada di bawah naungan Persatuan Penggemar American Jeep Indonesia (PPAJI) yang diketuai Letjen TNI (Purn) Mulyono Aji. Komunitas serupa tersebar di berbagai kota seperti Bogor, Balikpapan, Madiun, Yogyakarta, Medan, Bali, Lombok, dan Makassar.
Mulyono Aji menyampaikan apresiasinya atas inisiatif pembuatan film tersebut.
“Dengan adanya film ini, masyarakat bisa lebih mengenal JAJ dan kiprahnya selama ini. American Jeep dikenal dengan ketangguhan dan mental kuat para anggotanya. Tidak semua orang bisa mengendarai mobil tua seperti ini,” ujarnya.
Ia juga memuji kreativitas angkatan 41 yang memberikan warna baru dalam perjalanan komunitas.
“Saya acungi jempol, luar biasa. Apalagi kolaborasi antara Wawan Wood dan Chiska Doppert memberi sentuhan profesional dan inspiratif,” tambahnya.
Menurutnya, film dokumenter memiliki nilai positif karena bisa menjadi sarana pembelajaran dan motivasi bagi banyak orang.
Scene terakhir sebelum pindah lokasi, kru foto bersama (Wawan Wood Production), Chiska Doppert, Wawan Wood, Fadly, Sony, Dio, Syukur, Arjuna, Luna Fathia dkk. (Foto: Arjuna for TIMES Indonesia)
Ketua JAJ, Eko Putranto, menilai kegiatan angkatan 41 ini merupakan gebrakan positif.
“Maju terus dan sukses. Semoga film ini bermanfaat dan berdampak positif bagi JAJ. Ke depan, mungkin bisa dilanjutkan dengan kisah kegiatan sosial atau bakti komunitas lainnya. Produksi film juga bisa menjadi wadah menyalurkan talenta di bidang perfilman,” ujarnya.
JAJ dikenal sebagai salah satu komunitas Jeep Indonesia yang aktif di kancah internasional, dan sering mewakili Indonesia dalam berbagai kegiatan otomotif dunia.
Sutradara Chiska Doppert menjelaskan, Antara Cinta dan Rasa berkisah tentang perjalanan komunitas JAJ saat touring dan off-road menuju puncak gunung untuk mengibarkan bendera Merah Putih di Hari Pahlawan.
“Perjalanan ini bukan sekadar soal lumpur dan tanjakan, tapi juga tentang konflik, tawa, kebersamaan lintas generasi, dan cinta pada Indonesia. Film ini menunjukkan bahwa semangat kepahlawanan bisa lahir dari solidaritas sederhana antar sahabat,” ungkap Chiska.
Film ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk memperluas jangkauan dan citra positif JAJ di tingkat nasional maupun global. Lebih dari sekadar dokumentasi, film ini menjadi bukti bahwa komunitas penggemar kendaraan klasik dapat terus berkembang, relevan dengan zaman, dan menjadi sumber inspirasi melalui semangat persaudaraan serta kepedulian sosial. (*)
| Pewarta | : Bambang H Irwanto |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Advokasi Assyifa Shandi Hidupkan Eksistensi Cagar Budaya Bandung
Pertumbuhan Ekonomi RI Q3 Diyakini Tembus di Atas 5%
Meski Terus Anjlok, Bitcoin Masih Jadi Primadona Investor
Asbisindo Targetkan Pangsa Pasar Bank Syariah Tembus 20%
Tanggapi Penyegelan Kios Pasar Tradisional di Kota Madiun, Dewan Pembina APPSI: Pedagang Butuh Perlakuan Adil
Wisuda Haru di Banjar: Lagu 'Ayah' dari Seventeen Bikin Tamu Undangan Menangis
IIFS 2025, Pemprov Jatim dan Bank Jatim Dukung Penguatan Ekosistem Keuangan Syariah
Mantan Wakil Presiden AS Dick Cheney Meninggal Dunia
Semangat Garuda di Qatar, Ratusan WNI Serbu Aspire Academy Dukung Timnas U17
Dibuang Sayang Dibakar Bikin Polusi, Mahasiswa UTM Buat Solusi Cerdas Ubah Sampah Desa Jadi 'Emas Hijau'