TIMESINDONESIA, JAKARTA – Peran apoteker di era kesehatan modern tak lagi terbatas pada sekadar menyerahkan obat. Di tengah tantangan penyakit kronis seperti GERD (gastroesophageal reflux disease) dan diabetes tipe 2, apoteker di apotek komunitas kini mulai bertransformasi menjadi mitra klinis yang aktif terlibat dalam edukasi, pencegahan, hingga inovasi terapi. Salah satu terobosan menarik datang dari program action research berbasis probiotik yang berhasil dijalankan di beberapa apotek Surabaya.
Dalam penelitian kolaboratif antara akademisi dan apoteker komunitas ini, tim melibatkan dua kelompok pasien—masing-masing penderita GERD dan diabetes tipe 2—yang mendapatkan suplemen probiotik multistrain selama 14 hari. Hasilnya? Tak hanya keluhan pasien berkurang, tetapi pemahaman apoteker dan kepercayaan masyarakat juga meningkat.
“Probiotik multistrain itu bukan hanya buat pencernaan, tapi bisa menekan peradangan dan menyeimbangkan ekosistem mikroba di usus,” jelas Ge Recta Geson, apoteker peneliti utama. Efek ini, menurutnya, relevan untuk berbagai penyakit kronis yang sering berakar pada gangguan sistemik akibat disbiosis usus—seperti GERD dan diabetes.
Dalam studi tersebut, pasien GERD mengalami penurunan skor gejala GERD-Q rata-rata sebesar 5,4 poin setelah dua minggu konsumsi probiotik. Sementara pasien diabetes menunjukkan penurunan kadar gula darah puasa rata-rata 11,2 mg/dL. Angka ini tergolong signifikan secara klinis dan statistik.
Yang membuat studi ini unik adalah pendekatannya: bukan studi klinis murni, melainkan riset aksi. Artinya, para apoteker tidak hanya menjadi pelaksana, tetapi juga peneliti, evaluator, dan reflektor praktik mereka sendiri.
Melalui siklus plan-act-observe-reflect, apoteker dilatih untuk merencanakan intervensi, melaksanakan, mengamati hasil, lalu merefleksikan dampaknya bersama dosen pembimbing dari Fakultas Farmasi. Hasilnya bukan hanya memperbaiki praktik, tetapi juga membuka peluang publikasi ilmiah, peningkatan kompetensi, bahkan kontribusi untuk akreditasi institusi.
Efek domino dari pendekatan ini cukup menggembirakan. Beberapa apotek mencatat peningkatan penjualan suplemen probiotik pasca program, sementara pasien mulai terbuka pada terapi non-obat yang bersifat preventif.
“Banyak pasien merasa lebih nyaman menggunakan terapi alami. Ini mendorong kepercayaan pada apoteker sebagai konsultan kesehatan, bukan hanya penjaga etalase obat,” ujar Gary Alvaro Geson, analis metode dalam studi ini.
Program riset aksi ini tidak menerima dana eksternal dan dijalankan sepenuhnya oleh tenaga lokal dengan dukungan akademik. Menurut Prof. Dr. Apt. Antonius Adji Prajitno, M.S. dosen pembimbing dalam proyek ini, pendekatan semacam ini sejalan dengan misi perguruan tinggi untuk melakukan pengabdian masyarakat yang konkret dan berdampak.
“Kalau apotek komunitas bisa jadi tempat riset dan edukasi, itu artinya sistem kesehatan kita makin inklusif dan berbasis bukti,” tegasnya.
Artikel ini ingin membuka mata bahwa riset bukan hanya milik laboratorium besar atau rumah sakit ternama. Apotek di tengah permukiman pun bisa menjadi pusat inovasi dan pendidikan kesehatan masyarakat.
Probiotik mungkin tampak seperti produk biasa, tapi jika digunakan dengan pendekatan yang tepat dan ilmiah, ia bisa menjadi jembatan antara pengobatan konvensional dan penyembuhan yang lebih komprehensif. (*)
Editor | : Deasy Mayasari |
Polres Pelabuhan Tanjung Perak Tindak 369 Pelanggar Lalin Melalui ETLE
Dukung Asta Cita Presiden Prabowo, KDMP di Jatim Terbanyak Nasional
153 Koperasi Kelurahan Merah Putih Surabaya Resmi Diluncurkan
Diduga Rem Blong, Truk Tronton Gandeng Nyungsep di Tikungan Dekat Jembatan
Ketua KPK Tekankan Peran Kampus dalam Pemberantasan Korupsi
Pemkot Malang Rancang Tambahan OPD Baru, DPRD Minta Urgensi dan Manfaat Jadi Prioritas
Optimistis Posisi Puncak FORNAS VIII, Gubernur Khofifah: Rebut Medali Maksimal
Pemilik Pabrik di Malang Gugat Bank Panin Dubai Syariah, Protes Lelang Aset Jaminan yang Dibeli Sendiri Dengan Nilai Tak Wajar
Komisi A DPRD Jatim Desak Pemprov Jatim Bersinergi, Wujudkan Lapas Bersinar
Wagub Jatim Emil Dardak Pimpin Apel Kesiapsiagaan Kebakaran Hutan dan Lahan