TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dokter spesialis neurologi subspesialis neurovaskular, intervensi, otologi pencitraan, dan oftalmologi, dr. Bambang Tri Prasetyo, Sp.N, Subsp. NIOO(K), FINS, FINA, menegaskan bahwa penanganan stroke pada anak memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam terkait faktor risiko untuk mengetahui penyebab spesifiknya.
“Stroke usia anak harus lebih detail pemeriksaan faktor risikonya, dari jantung, komponen darah, atau jika ada kelainan bawaan pada pembuluh darah harus diidentifikasi dan diatasi. Tujuannya agar risiko stroke di kemudian hari tidak berulang,” ujar Bambang dalam diskusi daring tentang stroke di Jakarta, Selasa (28/10/2025), melansir ANTARA.
Menurut dr. Bambang, banyak kasus stroke pada anak disebabkan oleh kelainan jantung dan pembuluh darah, bahkan dalam beberapa kasus juga dipicu oleh gizi buruk.
Ia menjelaskan, penyumbatan pembuluh darah otak pada anak bisa berasal dari trombus atau gumpalan darah di jantung yang terdorong menuju otak. Selain itu, defisiensi vitamin K juga dapat memicu terjadinya stroke.
“Stroke pada anak sering kali terjadi karena perdarahan di ventrikel atau ruang berisi cairan di otak (intraventrikel),” tambahnya.
Untuk menegakkan diagnosis secara akurat, dokter melakukan pemeriksaan lanjutan seperti CT Angiografi kepala atau Cerebral DSA (Digital Subtraction Angiography otak) guna memastikan ada tidaknya kelainan pada pembuluh darah.
dr. Bambang mengungkapkan bahwa pemulihan stroke pada anak umumnya lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Namun, risiko stroke berulang justru meningkat seiring bertambahnya usia.
“Kadang-kadang anak usia 7, 8, atau 15 tahun tiba-tiba lumpuh. Setelah dilakukan CT Scan, ternyata ditemukan perdarahan di otak. Ini yang harus diwaspadai,” jelasnya.
Pengobatan stroke pada anak, lanjut Bambang, juga perlu penyesuaian dosis secara ketat, termasuk dalam pemberian obat pengencer darah melalui infus vena, karena anak-anak memiliki risiko perdarahan dan efek samping yang lebih tinggi.
Selain menimbulkan gangguan saraf seperti kesulitan berjalan dan kelemahan anggota tubuh, stroke pada anak juga dapat berdampak pada kualitas hidup dan beban ekonomi keluarga.
“Karena itu, pemeriksaan faktor risiko harus dilakukan dengan teliti dan pengobatan diberikan secara tepat agar pemulihan anak bisa maksimal,” tegas Bambang.
Ia juga mengingatkan bahwa pencegahan dan deteksi dini menjadi langkah penting untuk menurunkan angka kejadian stroke pada anak, termasuk dengan memperhatikan asupan gizi, kesehatan jantung, serta pola hidup sehat sejak dini. (*)
| Pewarta | : Rochmat Shobirin |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Tiga Dekade Penantian: Saat Arsenal Mengejar Kembali Trofi yang Terlupakan
Misi Kompany di Koln: Antara Tradisi, Tekanan, dan Pembuktian Bayern Muenchen di Piala Jerman
Kementerian PU Lakukan Audit Bangunan Pondok Pesantren, 80 Ponpes Mulai Diperiksa
KPK Terbitkan Dua Sprinlid Kasus Tambang Emas Ilegal Sekotong, Omzet Diduga Capai Rp90 Miliar per Bulan
Menkop: Kopdes Merah Putih Wujud Nyata Ekonomi Pancasila dari Desa
Khofifah Optimistis Produksi Susu Jatim Dongkrak Pasokan Nasional
Dua Lansia Palestina Dieksekusi, Bukti Kekejaman Israel di Gaza yang Kian Terungkap
Atap Asrama Ponpes di Situbondo Ambruk Belasan Santri Jadi Korban, Begini Kata Pengasuh
Pertamina Tegaskan Mutu Pertalite Aman, Investigasi Gangguan Mesin Masih Berlanjut
Partai Buruh Bantul Dukung Pemerintah Sahkan UU Ketenagakerjaan Baru