TIMESINDONESIA, TANGERANG – Globalisasi sebagai sebuah fenomena sosial dan budaya telah merubah berbagai aspek kehidupan manusia secara cepat dan meluas, termasuk dalam ranah identitas sosial. Identitas sosial yang selama ini menjadi perekat komunitas dan budaya kini menghadapi tantangan sekaligus peluang di tengah derasnya arus informasi dan interaksi global.
Perubahan identitas sosial dalam era globalisasi merupakan fenomena yang semakin kompleks dan dinamis. Fenomena ini membuka ruang refleksi kritis bahwa identitas bukan lagi sesuatu yang statis dan eksklusif, melainkan sebuah proses dinamis yang terus bertransformasi sesuai dengan pengaruh lokal dan global.
Di satu sisi, globalisasi membuka peluang besar bagi pertukaran budaya dan interaksi sosial lintas batas negara. Namun, di sisi lain, dinamika ini tidak selalu mudah dan sering menimbulkan tantangan serius terhadap keberlangsungan identitas sosial dan budaya lokal dalam bentuk pergeseran nilai dan kebingungan identitas, terutama bagi generasi muda.
Identitas sosial kini tidak lagi bersifat statis dan homogen, melainkan terus-menerus direkonstruksi dalam konteks interaksi yang semakin intens antara faktor-faktor internal dan eksternal. Globalisasi beserta kemajuan teknologi, khususnya media sosial, mempercepat proses ini dengan menciptakan ruang-ruang virtual di mana individu dapat mengeksplorasi berbagai representasi diri dan membentuk identitas lintas geografis dan budaya. Media digital berperan penting dalam rekonstruksi identitas dengan memungkinkan individu membentuk komunitas virtual yang lebih luas dan beragam.
Globalisasi mendorong proses hibridisasi identitas, di mana batas-batas tradisional identitas budaya mulai memudar dan digantikan oleh identitas yang multikultural dan fleksibel. Pertukaran budaya global menghasilkan identitas transnasional yang mampu menggabungkan beragam elemen budaya ke dalam konstruksi identitas individual maupun kolektif baru. Namun, perubahan ini tidak selalu mulus karena terjadi fragmentasi identitas lama yang dapat menimbulkan krisis identitas dan konflik antar kelompok.
Dinamika identitas sosial di era globalisasi merupakan arena kontestasi yang melibatkan aktor sosial dalam negosiasi terus-menerus antara struktur sosial yang membentuk identitas dan agen individu yang merespon perubahan tersebut dengan resistensi maupun adaptasi.
Identitas adalah hasil dari proses negosiasi dinamis, bukan sesuatu yang diberikan begitu saja secara turun-temurun. Individu dan kelompok harus aktif mengartikulasikan dan mempertahankan identitas mereka dalam menghadapi arus globalisasi yang homogenisasi sekaligus membuka ruang inovasi identitas baru.
Transformasi identitas sosial yang terjadi di era globalisasi membawa tantangan sekaligus peluang. Tantangan terbesar adalah bagaimana menjaga keberagaman dan kekayaan budaya lokal tanpa menutup diri dari pengaruh global yang membawa nilai-nilai baru. Penting bagi masyarakat untuk menyeimbangkan antara pelestarian budaya dan penerimaan perubahan agar tidak kehilangan jati diri.
Menurut Debby Widitya dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara dalam Jurnal Perubahan Sosial Budaya dan Dampaknya terhadap Identitas Masyarakat (Jurnal Ilmiah Nusantara, Vol. 2, No. 1, Januari 2025), masyarakat harus secara aktif mengelola identitas kolektifnya melalui pendekatan multidisipliner dan kritis untuk menghadapi perubahan sosial budaya yang terus berlangsung.
Pendidikan literasi budaya memiliki peran penting dalam memperkuat identitas sosial nasional di tengah arus globalisasi yang semakin kuat. Melalui pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kearifan lokal, masyarakat dapat memahami akar budayanya sekaligus memiliki kemampuan kritis untuk menyaring pengaruh luar.
Dengan demikian, literasi budaya tidak hanya berfungsi sebagai sarana pelestarian, tetapi juga sebagai fondasi dalam membentuk karakter bangsa yang tangguh dan terbuka terhadap perubahan.
Sementara itu, kebijakan yang responsif terhadap dinamika sosial dan budaya perlu terus dikembangkan oleh pemerintah maupun lembaga terkait. Promosi nilai-nilai lokal secara kreatif melalui media digital dapat menjadi strategi efektif dalam memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke dunia.
Upaya ini juga mendorong lahirnya identitas sosial yang lebih adaptif, inklusif, dan relevan dengan perkembangan zaman, tanpa kehilangan esensi nilai-nilai keindonesiaan.
Era globalisasi menuntut pemahaman baru tentang identitas sosial yang tidak lagi dipandang sebagai entitas statis, melainkan sebagai sebuah proses yang dinamis dan multifaset.
Melalui transformasi yang dipicu oleh kemajuan teknologi digital serta pertukaran budaya global, identitas sosial terus mengalami proses hibridisasi dan negosiasi antara struktur sosial dan agen individu.
Dengan pendekatan yang kritis dan multidisipliner, masyarakat diharapkan mampu mengelola dinamika tersebut secara bijaksana. Upaya ini penting agar identitas sosial tidak terkikis oleh arus globalisasi, melainkan semakin kaya, beragam, dan inklusif seiring dengan perkembangan zaman.
***
*) Oleh : Aurel Keiza Azzahra, Mahasiswa Universitas Pamulang.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: opini@timesindonesia.co.id
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
| Editor | : Hainorrahman |
Tips Memasak Ikan Bebas Amis, Dijamin Enak dan Lezat
Mengenal Sosiopat, Gangguan Kepribadian yang Dilanda Kim Yoo Jung
Cristiano Ronaldo Cetak Gol ke-953, Kini Hanya 47 Langkah Menuju 1.000 Gol
Hamas Sisakan Empat Sandera untuk Menuju Gencatan Senjata Tahap Berikutnya
Terpikat ICCF 2025 Kabupaten Malang, Wamenbud Giring: Sinergi Kreativitas Wisata Budaya
Perkuat Jaringan Perlindungan, LKP3A Fatayat NU Jombang Kukuhkan 38 Kader Pendamping
Usai OTT Sugiri Sancoko, Wabup Lisdyarita Resmi Ditetapkan Jadi Plt Bupati Ponorogo
Seleksi 6 Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama, Ini Posisi yang Dibutuhkan di Pemkot Surabaya
Dana Sitaan dan Ekonomi Bawah Tanah Prabowo
Mensesneg: Besok Presiden Umumkan 10 Pahlawan Nasional, Termasuk Soeharto