TIMESINDONESIA, JAKARTA – Proyeksi matang harus segera diambil ditengah keadaan situasi geopolitik dan ekonomi global tak menentu.Antisipasi matang kemungkinan terburuk yang dapat terjadi di masa depan. Situasi global saat ini menciptakan dilema tersendiri bagi para pelaku investasi.
Banyak orang yang merasa lebih aman menyimpan dana dalam bentuk tunai untuk menghindari fluktuasi pasar. Sebuah kondisi yang menciptakan realitas serba salah, karena faktualnya menyimpan uang dalam bentuk tunai terlalu lama memiliki resiko tersendiri karena inflasi yang terus meningkat akan menggerus nilai riil aset.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perlambatan investasi pada awal 2025 terjadi dinamika yang serius dalam pertumbuhan ekonomi nasional karena terjadi pelemahan atas permintaan domestik (BPS, 2025).
Dalam data BPS disebutkan jika terjadinya pelemahan itu disebabkan karena terjadinya data perlambatan dan pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto sejalan data realisasi investasi triwulan I-2025 (BPS,2025). Situasi ini setidaknya menggambarkan betapa lesunya investasi yang berjalan sepanjang awal tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jika pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang berjalan sepanjang triwulan I-2025 mengalami pelemahan serius karena hanya mencapai 2,12 persen. Angka ini lebih tendah jika dibandingkan angka pertumbuhan yang terjadi pada triwulan IV-2024 yang masih mencapai angka 5,03 persen (BPS, 2025).
Indikasi ini menunjukkan jika terjadi pertumbuhan yang rendah dalam pembentukan modal tetap. Terjadinya gangguan sentiment akibat ketidakpastian global yang dipicu oleh eskalasi perang tarif Amerika Serikat (AS) dinilai berpotensi menurunkan minat investasi.
Perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang seperti Amerika Serikat (AS) dan China telah menekan permintaan terhadap komoditas ekspor unggulan Indonesia seperti halnya minyak sawit mentah (CPO) dan batubara.
Ketidakpastian ekonomi global akibat kebijakan ekonomi AS menimbulkan tantangan besar bagi negara-negara mitra dagang, termasuk Indonesia. Kebijakan tarif impor yang agresif, volatilitas pasar, serta tekanan inflasi dan nilai tukar menjadi masalah utama yang harus dihadapi.
Terbaru Presiden AS, Donald Trump mengumumkan jika tarif ekspor sebesar 19 persen akan dikenakan terhadap seluruh produk asal Indonesia yang masuk ke pasar Amerika Serikat. Kebijakan ini merupakan hasil kesepakatan langsung antara Presiden Trump dan Presiden Indonesia Prabowo Subianto.
Tarif ini merupakan penurunan dari angka awal 32 persen yang sebelumnya diumumkan oleh Trump pada April 2025. Sampai awal Juli Trump masih bersikeras untuk mempertahankan tarif tinggi ini sebagaimana tertuang dalam surat resmi dari Gedung Putih yang ditujukan kepada Presiden Prabowo 7 juli 2025.
Di tengah situasi penuh ketidakpastian ekonomi global, Pemerintah Indonesia secara taktis harus segera mengambil langkah-langkah mitigasi produktif atas dampak perang Iran dan Israel terhadap kondisi perekonomian di tanah air.
Dalam tolok ukur ini, pemerintah Indonesia harus dapat segera memitigasi perkembangan situasi global terlebih dalam menjaga kestabilan kurs rupiah, penggunaan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan dampak ekonomi lainnya.
Tentu langkah cermat pemerintah perlu segera dilaksanakan secara terukur dan efektif karena kebijakan ini sangat terkait dengan ketahanan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) 2026 yang dapat mengisi kebutuhan taktis perkembangan realitas politik pemerintahan yang sedang terjadi.
Konflik Iran-Israel telah memberi teror kecemasan secara global dan ini sangat berpengaruh secara sistematis pada masalah ekonomi domestik negara seperti krisis energi, terjadinya lonjakan harga pangan dan inflasi yang sangat tinggi.
Langkah mitigasi yang sangat ketat boleh jadi akan menimbulkan stagflasi dan ini sangat mempengaruhi pemetaan ruang-ruang produktif antar lintas sektor ekonomi tiap negara.
Dalam posisi inilah pemerintah Indonesia harus mampu terus akomodatif terhadap situasi taktis yang setiap saat dapat berubah sewaktu-waktu. Termasuk menjaga ketahanan fiskal negara agar dapat stabil menjalankan setiap fungsi-fungsinya dalam menahan goncangan ekonomi global.
Secara taktis ada beberapa langkah kebijakan terukur ekonomi Indonesia agar penataan anggaran negara dapat selaras dengan pertumbuhan mekanisme pasar global yang dinamis demi tercapainya target pertumbuhan ekonomi yang maksimal.
Pertama, pemerintah harus dapat melakukan diversifikasi sumber pendapatan baru. Dalam situasi global tidak menentu, masyarakat jangan hanya bergantung pada satu ekonomi saja karena ini akan memberi resiko yang sangat tinggi bagi ketahanan pendapatan masyarakat.
Konteks diversifikasi ini menjadi kunci. Karena baik pemerintah dan para pelaku usaha akan dapat memperluas serangkaian alur pendapatan baru. Tidak hanya gaji dan bisnis dari ekspor komoditas tertentu.
Tapi mereka akan dapat mengembangkan lahirnya serapan pendapatan ekonomi pada sektor manufaktur, pariwisata, ekonomi digital, dan jasa kreatif. Dengan ini, guncangan dari satu sektor akibat perubahan kebijakan Amerika Serikat bisa diminimalisasi.
Kedua, memperkuat ketahanan pasar domestik. Berbagai kebijakan ekonomi Amerika, seperti kenaikan suku bunga, seringkali membuat mata uang negara lain melemah.
Untuk itu, memperkuat pasar domestik menjadi penting. Saat konsumsi dalam negeri stabil maka segala macam ketergantungan terhadap ekspor ke negara-negara besar bisa dikurangi.
Pemerintah bisa mendukung ini melalui program-program yang meningkatkan daya beli masyarakat, seperti bantuan sosial, subsidi sektor strategis dan pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Ketiga, pemerintah harus cepat melakukan akselerasi peningkatan transformasi digital. Digitalisasi ekonomi menjadi keharusan dan kebutuhan.
Di tengah tekanan global, sektor digital adalah kebutuhan mutlak dalam membangun kestabilan pertumbuhan ekonomi. Lahirnya e-commerce, fintech, edutech, dan healthtech berperan sebagai penopang utama perekonomian.
Pemerintah dan pelaku usaha perlu mempercepat adopsi teknologi, memperluas akses internet di seluruh wilayah, dan meningkatkan literasi digital agar banyak pelaku ekonomi lokal bisa bersaing di era globalisasi digital.
Keempat, menumbuhkan peningkatan kerjasama ekonomi regional. Dominasi yang kuat dari beberapa negara adikuasa dunia setidaknya melahirkan ketergantungan negara Indonesia terhadap kebijaksanaan ekonomi luar negerinya.
Dalam rangka mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat dapat dilakukan dengan Kembali mempererat kerja sama regional, seperti melalui Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) atau kerja sama bilateral dengan negara-negara Asia dan Timur Tengah.
Dengan kebijakan membuka jalur perdagangan dan investasi baru, risiko yang muncul akibat kebijakan ekonomi negara adidaya dapat ditekan.
Kelima, langkah taktis dalam mendorong investasi infrastruktur dan energi terbarukan. Upaya sistemik dalam menciptakan pembangunan infrastruktur dan energi terbarukan akan membuat perekonomian lebih Tangguh dalam menghadapi tekanan ekonomi global.
Masih besarnya jarak antara target dan realisasi bauran energi menyebabkan perlunya berbagai terobosan kebijakan untuk mendorong transisi energi semakin cepat untuk diimplementasikan.
Terobosan kebijakan tersebut terutama berupa dukungan pendanaan untuk mempercepat pengembangan pembangunan pembangkit listrik berbahan baku energi terbarukan.
Berbagai terobosan pendanaan yang dilakukan idealnya akan menciptakan implementasi pembiayaan berkelanjutan atau sustainable financing secara matang.
Jika semua pendekatan ini dilakukan secara berkelanjutan dan konsisten maka bukan hal mustahil Indonesia mampu menghadapi segala bentuk ancaman dari ketidakpastian global.
***
*) Oleh : Haris Zaky Mubarak, MA., Kandidat Doktor Ilmu Sejarah Universitas Indonesia.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: opini@timesindonesia.co.id
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Editor | : Hainorrahman |
Eri Cahyadi: Koperasi Kelurahan Merah Putih Bisa Jadi Penggerak Ekonomi Kerakyatan
Demam Layangan di Majalengka, Tradisi Lama yang Kembali Mengudara
Polres Bondowoso Selidiki Video Penganiayaan Remaja yang Viral di Media Sosial
SPBU di Bondowoso Kehabisan BBM, Diduga Pasokan Tersendat Akibat Penutupan Gumitir
Gubernur Khofifah Apresiasi Sekolah Rakyat Ponorogo yang Layani Siswa SD, SMP dan SMA
Optimalisasi Bonus Demografi ASN Gen Z
BMKG Imbau Waspadai Suhu Panas Hingga 34 Derajat
Halal Fest 2025 Hasilkan Donasi Rp1,8 Miliar untuk Palestina
Serunya Petro Agrifood Expo Gresik, Pengunjung Bisa Belanja hingga Belajar Bertani Modern
Sekolah Rusak, Siswa MI di Lebak Terpaksa Belajar di Gubuk