TIMESINDONESIA, JEMBER – Indonesia merupakan negara yang kaya akan beragam budaya dan tradisi. Berbagai kelompok ras, agama, dan suku memberikan keunikan Indonesia dengan negara-negara lainnya. Indonesia juga dikenal dengan negara yang santun. Memiliki cara tersendiri dalam dunia pendidikan terkhusus pada pondok pesantren.
Pesantren ini digagas oleh sebagaian besar adalah para wali dan tokoh agama, dengan Sunan Ampel sering disebut pelopor utama yang mendirikan pesantren yang artinya lembaga santri-santri.
Santri ini bukan hanya sebatas kata santri melainkan memiliki makna dan perjuangan yang dalam di sejarah indonesia. Dengan adanya para tokoh agama (kyai) dan para santri Negara Indonesia bisa merdeka.
Santri menjadi frame bagi negara Indonesia. Adanya santri menjadi keidentikan sebuah bangsa. Bahkan, santri juga dirayakan setiap 22 Oktober yang disetujui oleh Presiden ke-7 yakni Joko Widodo dengan disebut Hari Santri Nasional pada tanggal 15 Oktober 2015 melalui Keppres Nomor 22 Tahun 2015.
Adanya Hari Santri ini memberikan dampak yang cukup besar bagi kalangan pesantren terkhusus para santri. Karena santri dianggap membawa kontribusi besar bagi Negara. Seperti yang disampaikan oleh KH. Maimoen Zubair menyatakan bahwa."
Sudah cukup jelas bahwa santri bukan hanya seorang yang tinggal dalam pesantren namun, memiliki keinginan yang kuat untuk memajukan Negara. Sangat jelas dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia dimana santri menjadi pelopor dalam kemerdekaan Indonesia.
Santri sudah ada sejak sebelum kemerdekaan. Dengan cara yang sederhana dalam pembelajaran menjadi khas di pondok pesantren. Pada hakikatnya santri termasuk ruh sebuah negara Indonesia itu sendiri. Tanpa adanya peran santri mungkin Indonesia tidak akan seperti yang kita rasakan hari ini.
Pastinya, aktivitas yang dilakukan pasca Kemerdekaan tidak ada lagi selain menuntut ilmu. Bukan hanya ilmu agama yang diserap dan diterima. Akan tetapi, ilmu dalam bidang lainnya juga terus digali oleh santri di pondok pesantren.
Dengan adanya perubahan yang terus-menerus maka, pesantren tumbuh dan berkembang mengikuti zaman. Bukan hanya monoton dan kuno melainkan dibaurkan dengan teknologi yang sudah ada tanpa menghilangkan nilai-nilai kepesantrenan atau kepribadian santri.
Hal diatas yang mendasari bahwa santri merupakan manifestasi negeri. Kata lain dari manifestasi yakni wujud atau bentuk yang nyata. Sehingga tanpa adanya santri negeri seperti air dan sungai yang tidak dapat dipisahkan. Santri manifestasi negeri dilihat dari berbagai sudut pandang.
Pertama, santri dalam sejarah bangsa sudah sangat jelas terpampang. Dari tahun sebelum kemederkaan hingga saat ini santri tetap menjadi pondasi bagi negeri ini untuk menciptakan sebuah keharmonisan, kesederhanaan, dan semangat dalam mencari ilmu untuk negeri khususnya Indonesia.
Di belakang santri ada beberapa tokoh yang terus mensupport dan memberikan tauladan untuk santri-santri agar selalu mengutamakan cinta tanah air. Seperti KH. Hasyim Asy'ari pendiri Nahdlatul Ulama, beliau pernah sampaikan bahwa "Agama dan Nasionalisme adalah 2 kutub yang tidak bertentangan.
Nasionalisme adalah bagian dari agama dan keduanya saling menguatkan". KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammdiyah juga menyampaikan kepada para santrinya bahwa "Kasih sayang dan toleransi adalah kartu identitas orang Islam." Hal ini yang menjadikan bahwa santri bukan hanya simbol agama namun, dengan santri menjadi kekuatan untuk negeri.
Kedua, Nilai-nilai santri sebagai cermin negeri. Banyak nilai yang sudah diterapkan dan dilakukan oleh santri. Seperti nilai keikhlasan, disiplin dan kesederhanaan. Santri sudah diajarkan bahwa suatu hal dilakukan dengan penuh semangat dan disiplin dilandasi dengan keikhlasan dan dikemas dalam kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, santri sebagai cerminan negeri pastinya didasari dengan cinta tanah air. Mencintai negeri menjadi pelajaran yang tidak pernah dilupakan oleh santri. Hampir setiap pembelajaran di pesantren diselingi dengan berbagai cerita yang sudah dilalui oleh tokoh-tokoh agama islam dan para santri dalam memajukan dan kemerdekaan Indonesia.
Hal ini menjadi penguatan bagi santri untuk selalu mencintai tanah air. Bahkan, pesantren juga menjadi miniatur dari Indonesia yang plural dan toleransi. Banyaknya keberagaman dan perbedaan memberikan pelajaran yang harus dilakukan oleh santri dalam kehidupan masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.
Ketiga, santri di era modern. Adaptasi santri di era sekarang juga memberikan peluang dan kesempatan emas bagi para santri untuk mengikuti alur kehidupan tanpa melupakan nilai-nilai santri. Selain teknologi yang berkembang santri juga belajar dalam ilmu pengetahuan modern.
Santri kini tak hanya pandai mengaji tapi, juga bersaing di kancah nasional maupun international. Seperti Firdaus Choerun Ni'am santri kelas IX International Azhari berhasil menjuarai Juara 1 Kategori Best Poin Robo 1Kg di Malaysia. Tanpa kita sadari banyak prestasi yang sudah diraih oleh santri nusantara.
Selain perlombaan saat ini santri terus mencoba tiada hentinya untuk berinovasi pada aplikasi seperti santri digital, santripreneur, dan masih banyak yang lainnya. Dengan demikian santri bukan hanya membahas tentang agama namun, di ranah atau bidang lain saat ini santri bisa dan mendunia.
Santri bukan hanya sebatas kata yang dapat kita sebut namun, santri adalah sosok yang luar biasa untuk kita jaga dan lestarikan nilai-nilai di dalamnya.
***
*) Oleh : Rioga Fransistyawan, S.Pd., Mahasiswa Pascasarjana UIN KHAS Jember.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: opini@timesindonesia.co.id
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Editor | : Hainorrahman |
Menjelajah Pantai Srakung, Hidden Gem yang Mulai Viral di Gunungkidul
Dianggap Mirip Jurnalis di Palestina, Poster Lim Ji Yeon Dicopot
Sumber Sira Putukrejo, Oase Ketenangan di Selatan Malang
Pesantren dalam Perdebatan
Wujudkan Legislator Tangguh, Anggota DPRD Jatim Cahyo Harjo MembangunĀ Regulasi Responsif
āJadi Magnet Dunia, Penari Diaspora dari Amerika Bakal Tampil di Gandrung Sewu 2025
Angkat Tesis Kebijakan Pembangunan Pelabuhan Laut, Bambang Haryo Raih Magister Ilmu Politik
Blockchain dan Ilusi Keamanan Investasi Digital
Rayakan HUT ke-61 Partai, DPD Golkar Maluku Berbagi Seribu Paket Sembako
Kisah Nola Ekanita, Apoteker di Pelosok Sumbar; Bukan Sekadar Tugas, tapi Pengabdian