TIMESINDONESIA, SURABAYA – >Menjelang malam, jalanan di depan Danau Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Lidah Wetan mulai penuh. Terdapat banyak gerobak dan tenda kaki lima yang menjual berbagai makanan. Ada sate, kerang, nasi goreng, es campur, es degan, dan sajian lainnya. Aroma yang menggoda menarik perhatian orang yang melintasi kawasan tersebut.
Aroma sate yang dibakar, suara gorengan di wajan, dan gelak tawa bercampur. Orang-orang betah berlama-lama di sana karena lokasinya terbuka dan dekat danau.
Bukan hanya mahasiswa, justru lebih banyak warga sekitar yang datang. Ada yang hanya membeli makanan untuk dibawa pulang, ada pula yang memilih duduk santai bersama keluarga. Keadaan ramai ketika malam tiba, saat lampu tenda menyala dan suara obrolan terdengar dari berbagai arah.
Bagi pedagang, kawasan danau Unesa menjadi lahan rezeki. Siti (39), penjual kerang dan minuman dingin, mengaku bahwa pembelinya lebih banyak pada malam hari setelah Isya’ atau sekitar pukul 19.30 WIB.
“Biasanya saya ke sini jam setengah lima sore. Ramenya kalau malam habis Isya’, tapi ya belum tentu juga,” ujarnya sambil menuang es ke dalam gelas plastik, Minggu (7/9/2025) malam.
Pengunjung tampak santai duduk lesehan, menikmati makanan sambil mengobrol. (Foto: Della Nur Khofifah/TIMES Indonesia)
Kehadiran warga sekitar membuat dagangan mereka laris. Suasana yang ramai juga membuat mereka betah dan nyaman berjualan di depan danau. Hanya saja, saat hujan turun, kondisi menjadi agak sulit.
“Kalau hujan itu repot, susah cari tempat neduh, barang-barang jualan juga harus cepat diberesin, kadang malah ikut kehujanan,” sambungnya.
Dari sisi pembeli, kawasan danau Unesa bukan selalu tentang makanan, tapi juga suasananya. Yuni (36), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Lidah Wetan, mengaku sering membawa keluarganya ke sini.
“Kalau makan di rumah agak bosan ya biasanya ke sini. Anak-anak bisa jajan macam-macam, harganya juga menurut saya murah. Sambil lihat danau, sama ramainya mobil lewat,” katanya.
Sementara itu, Farid (25), seorang karyawan yang pulang kerja melintasi area ini, menjadikan pedagang di depan danau sebagai pilihan untuk singgah.
“Saya kalau mau ke mal kan mahal ya, mending ke sini saja. Cepat, murah, dan pilihannya banyak. Tinggal duduk, pesan, langsung ada. Kadang kalau ga kerja kayak gini, biasanya sama teman saya. Rumah saya deket sini lah,” ungkapnya.
Tempat di sekitar danau yang syahdu dibuat sebagai tempat nongkrong, membuat para pengunjung betah berbicara sambil menikmati makanan sederhana yang dijajakan penjual.
Meskipun tempatnya sederhana, di depan danau, bisa menjadi tempat untuk berkumpul. Mahasiswa, pedagang kecil, dan penduduk sekitar bercampur dan berbaur satu sama lain. Tidak ada yang unik, tetapi itulah yang membuat suasana akrab.
Di balik hiruk pikuknya, ada cerita pedagang yang tetap berjualan meski harus repot beres-beres saat hujan tiba, pembeli yang mencari suasana baru untuk melepas penat, sampai obrolan ringan antar pengunjung. (*)
Pewarta | : Della Nur Khofiah [MG] |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Antara Ijazah dan Lapangan Kerja yang Tak Nyata
Skandal Dana Diklat PKN Tingkat II: Pejabat Pemkot Banjar Terlibat Dugaan Penilepan Rp125 Juta
Uji Kelayakan Calon Hakim Agung, Anggota DPR Tanya Diana Malemita Ginting soal Pajak Karbon
Banjir Bali, Tim SAR Gabungan Evakuasi 142 Korban Selamat
Livoli Divisi Utama 2025, LavAni Kembali Menangkan Laga Kedua
PORDA XVII DIY Resmi Dibuka di Gunungkidul, Bupati Sleman Targetkan Juara Umum Empat Kali Beruntun
Dishub Jatim: Koridor VII Trans Jatim Siap Beroperasi Oktober 2025
Kritik Ketua HMI Kota Banjar terhadap Rencana Pengadaan Mobil Dinas Pemkot Banjar
Uang Negara Nganggur di BI Rp425 T, Menkeu Purbaya: Itu Biang Sulitnya Cari Kerja!
FISIP Unira Malang Ajak Maba Hijaukan dan Latih Kekompakan di Kawasan Sumber Maron