TIMESINDONESIA, SORONG – Peningkatan literasi di Papua dilakukan melalui pendekatan edukatif yang menyenangkan dan berbasis budaya lokal dengan cara pendekatan interaktif. Hal ini membuat anak-anak Papua tidak bosan mengikuti kegiatan bertema “Sorong Membaca”.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari proyek sosial para penerima beasiswa LPDP angkatan Persiapan Keberangkatan (PK) 256, dilaksanakan di TK Kasih Nusantara, Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Sabtu (19/7/2025).
Program yang telah diresmikan sejak 4 Juli 2025 kemarin, menyasar kampung-kampung dengan tingkat literasi dasar yang masih rendah, seperti Wilayah Kampung Sagu di Distrik Aimas.
Dalam kegiatan tersebut, anak-anak diajak berinteraksi dengan dunia baca tulis melalui aktivitas menyenangkan. Seperti membaca, menulis, berhitung, mewarnai, mendongeng, menyanyi lagu daerah, hingga membuat kerajinan topeng Papua.
“Kami masuk melalui kegiatan yang akrab dengan dunia anak, agar semangat literasi bisa tumbuh secara alami. Kami juga mengajak para orang tua untuk terlibat, karena mereka adalah mitra penting dalam menumbuhkan kebiasaan membaca di rumah,” ujar Regina Asmuruf, Ketua Divisi Social Project PK-256 pada TIMES Indonesia, Minggu (20/7/2025).
Kegiatan ini juga mendapat sambutan baik dari masyarakat dan institusi pendidikan lokal. Kolaborasi yang dibangun bersama Pemerintah Kota dan Kabupaten Sorong, komunitas literasi, dan para pemangku kepentingan lainnya menjadi landasan utama pelaksanaan program ini.
“Kami percaya bahwa pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama. Melalui Sorong Membaca, kami ingin berkontribusi memperkuat ekosistem literasi yang sudah dibangun, terutama dengan sentuhan budaya lokal sebagai identitas penting anak-anak Papua,” tuturnya.
Sebagai bagian dari kegiatan, anak-anak mendapatkan buku tematik "Warna Warni Budaya dan Alam Papua" yang disusun oleh tim PK-256. Buku itu memuat materi membaca, menulis, menghitung, mewarnai, dan cerita rakyat Papua dengan pendekatan edukatif yang ramah anak.
Melalui program Sorong Membaca diharapkan menjadi model kolaborasi pendidikan akar rumput yang dapat direplikasi di daerah lain di Indonesia, sekaligus menjadi ruang untuk memperkuat identitas budaya lokal dalam pendidikan anak usia dini. (*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Dhina Chahyanti |
Diet dan Olahraga Sudah, Tapi Berat Badan Tak Kunjung Turun?
Donald Trump Kembali Tarik AS dari UNESCO
Semifinal ASEAN U-23 2025: Indonesia vs Thailand di GBK
Paradoks Banjar Berdaya
Winner Putri Hijabfluencer Sulsel 2025 Auliya Nurlelah Fadiyah Bicara Pentingnya Perempuan Berdaya dan Berbudaya
Filipina Jadi Runner-up Terbaik di Fase Grup ASEAN U-23 2025
Polri Meniti Jalan Terjal
Polres Pacitan Raih Juara III Nasional Manajemen Medsos, Kapolres: Ini untuk Masyarakat
Merasa Sakit Hati, Nekat melakukan Tindakan Kekerasan hingga Korban Meninggal
Mahasiswa Cinema UIN Malang Boyong Juara 3 di Ajang ADIA International Festival