TIMESINDONESIA, SURABAYA – Sebuah inovasi riset lintas disiplin lahir dari Universitas Ciputra Surabaya. Instalasi bertajuk “Yogyakarta’s Soundscape Virtual Museum” resmi ditampilkan dalam pameran Lawatan Nusa Raya: Ritus Raya di Bentara Budaya Yogyakarta.
Proyek yang merupakan hasil riset terapan ini diketuai oleh Prof. Christina Eviutami Mediastika, dari Program Studi Arsitektur (Ars) Universitas Ciputra dan didanai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) periode Juni–Desember 2025.
Kolaborasi ini melibatkan tiga program studi di UC yakni Arsitektur, Visual Communication Design (VCD), dan Informatika, serta menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta sebagai mitra strategis.
Christina mengungkap, riset tersebut hadir menjawab tantangan modernisasi yang kian menggerus identitas budaya, dengan mendokumentasikan sekaligus merekonstruksi soundscape Yogyakarta ke dalam format museum virtual.
“Identitas kota bukan hanya visual, tetapi juga akustik. Bunyi andong, drumband subuh, atau kicau burung, itu bagian dari sejarah emosional masyarakat. Jika tidak diarsipkan, generasi mendatang bisa kehilangan warisan tak benda ini,” ungkapnya, Rabu (27/8/2025).
Di bawah arahan Putu Wardhani, laboran Ars-UC sekaligus seniman, mahasiswa VCD UC menghadirkan mural raksasa sebagai bagian dari instalasi. Mural tersebut memvisualkan kontras Yogyakarta tempo dulu dengan bunyi tradisional dan atmosfer alami, berhadapan dengan kondisi masa kini yang dipenuhi hiruk-pikuk kendaraan dan wisatawan.
"Pendekatan ini menghadirkan pengalaman imersif, pengunjung tidak hanya melihat visual, tetapi juga mendengar sejarah kota melalui teknologi soundscape yang dikembangkan bersama tim Informatika UC," jelas Christina.
Lebih lanjut, instalasi ini menegaskan bahwa seni, desain, dan teknologi dapat bersinergi untuk tujuan yang lebih besar, yakni melestarikan identitas budaya dan memperkenalkannya ke publik dengan cara baru.
"Kehadiran Yogyakarta’s Soundscape Virtual Museum membuktikan bahwa dokumentasi warisan budaya kini bisa lebih interaktif, edukatif, sekaligus relevan bagi generasi digital," tandasnya.
Disisi lain, kehadiran Yogyakarta’s Soundscape Virtual Museum menjadi sorotan, karena memperlihatkan model baru dokumentasi budaya berbasis teknologi, yang berpotensi direplikasi di kota pusaka lain.
“Harapannya, museum virtual ini menjadi prototipe. Tidak hanya untuk Yogyakarta, tetapi juga untuk kota pusaka lain di Indonesia. Dengan begitu, warisan budaya akustik kita tidak hilang ditelan zaman,” harap Yetti Martanti, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. (*)
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Deasy Mayasari |
Picu Kanker Usus di Usia Muda, PAPDI Ingatkan Bahaya Makanan Ultra-Proses
Princess Mononoke dari Studio Ghibli Kembali Tayang di IMAX
ITSEC Asia and Qrypt Join Forces to Bring Quantum-Safe Security to Indonesia
Biaya Isbat Nikah Massal di Surabaya Tanpa Bebankan APBD
Kejari Rote Ndao Tetapkan Dua Tersangka di Kasus Korupsi UPI
Kemenperin Jajal Lineup GAC Indonesia di GIIAS Surabaya 2025
BAHU NasDem Soroti Aksi Demo Gubernur Jatim, Pemakzulan Tak Bisa Lewat Jalanan
16 Pejabat Pemkab Mojokerto Dirotasi, Berikut Daftarnya
Kejuaraan Dunia Voli Putra U-21 2025, Timnas Indonesia Hajar Puerto Riko 3-0
Perang City Car Listrik Memanas, BYD Atto 1 Jadi Senjata di GIIAS Surabaya