TIMESINDONESIA, SURABAYA – SD Muhammadiyah 12 Taman, Sidoarjo, yang dikenal dengan nama SD Mumtaz, meluncurkan program "Inclusive Home Care & Therapy Program" pada Sabtu (20/9/2025). Peluncuran ini diadakan dalam sebuah seminar internasional sebagai respons atas meningkatnya kebutuhan layanan holistik bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).
Humas SD Mumtaz, Heni Dwi Utami, menjelaskan bahwa program ini lahir dari fenomena meningkatnya jumlah anak inklusi dari tahun ke tahun. Ia menyampaikan bahwa banyak sekolah mencoba mengatasi hal ini dengan sistem pengelompokan (grouping), namun pendekatan tersebut dinilai kurang efektif.
they "Inovasi kami meluncurkan program home care dan terapi secara individu, dengan didukung oleh 48 pengajar inklusi yang telah bersertifikasi,” ungkap Heni.
Keunikan program ini juga terletak pada adanya terapi Al-Qur'an. Terapi ini menggunakan sentuhan di mana doa Furqan dibacakan pada titik-titik yang terasa hangat di tubuh anak, dan reaksi yang berbeda akan terasa.
Hal senada juga diungkapkan oleh Miss Fadzlin Sofia Binti Mat Ghani dari Penawar Special Learning Center (PSLC) Malaysia. Ia menjelaskan ciri-ciri umum Autism Spectrum Disorder (ASD). Fadzlin menyebutkan beberapa ciri-ciri, seperti perilaku yang berulang, terbatas, dan obsesif misalnya mengibas tangan atau obsesi pada rutinitas tertentu, kesulitan bersosial dan berkomunikasi seperti sulit melakukan kontak mata atau lebih suka bermain sendiri, dan masalah pemrosesan sensori adanya respons berlebihan atau kurang terhadap rangsangan.
Selain edukasi, Fadzlin mengatakan bahwa acara ini juga menjadi wadah apresiasi untuk menampilkan bakat dan kemampuan istimewa siswa ABK. Sebagai bentuk layanan masyarakat, PSLC bekerja sama dengan SD Mumtaz juga menyediakan layanan skrining dini gratis untuk anak usia 7-11 tahun.
Pendekatan holistik ini sejalan dengan pandangan Dr. Meirrina, M.Si., seorang psikolog sekaligus dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) yang juga menjadi pembicara. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara sekolah dan rumah untuk optimalisasi tumbuh kembang ABK.
“Semakin tahun, semakin banyak anak spesial dilihat dari kategorinya, artinya memiliki urgensi tersendiri untuk melayani anak spesial salah satunya di SD Mumtaz Taman," ucap Meirrina.
Menurutnya, selain pendidikan kognitif yang mendukung penyerapan materi, terapi juga sangat dibutuhkan.
“Namun, untuk mendukung hal tersebut harus disinambungkan dengan 3 pilar: anak, orang tua, dan sekolah," tegasnya.
Dengan tema "Merayakan Keberagaman, Mengukir Prestasi: Anak Istimewa, Setiap Anak Berbakat", acara ini diharapkan dapat membangun optimisme di kalangan orang tua dan masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus.(*)
Pewarta | : Zisti Shinta Maharani |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
IU Rayakan Hari Spesial Debut dengan Donasi Rp2,3 Miliar untuk Anak hingga Lansia
Antusiasme Warga Surabaya Saksikan Pagelaran Reog Singo Welang di Taman Suroboyo
Livoli Divisi Utama 2025, Petrokimia Pastikan Satu Tempat di Final Four
Kurikulum yang Tak Pernah Tenang
Sarasehan Bersama Media, Pemkab Malang Ajak Peran Pers Angkat Potensi Daerah
Sapa Penyintas Banjir di Bali, Menag Nasaruddin Berikan Bantuan Rp300 Juta
LMI Rayakan 30 Tahun Perjalanan Filantropi Lewat Humanitarian Concert for Freedom
Telan Anggaran Puluhan Miliar, DLHK Awasi Ketat Pembangunan Alun-alun Sidoarjo
Hampir Jadi Korban TPPO, Tiga Calon PMI Nonprosedural Asal Kota Banjar dan Ciamis Dipulangkan
Rehabilitasi Mangrove Banyuwangi, Jaga Ekosistem Sekaligus Bangkitkan Ekonomi Pesisir