TIMESINDONESIA, MALANG – Jumat malam, 25 Juli 2025, puluhan warga menggelar acara bertajuk Umbul Dungo Puja Bekti. Acara dihelat di Situs Wurandungan, Dusun Bendungan, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Tradisi ini menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya dan penguatan identitas sejarah lokal.
Kepala Dusun Bendungan, Rudi Haryanto menuturkan, Umbul Dungo Puja Bekti diselenggarakan sebagai bentuk syukur karunia Tuhan atas perlindungan dan kesejahteraan, atau biasa disebut bersih desa.
Selain itu, acara budaya ini merupakan bentuk puji syukur atas keberadaan situs purbakala Wurandungan yang kini tengah dalam proses konservasi.
Sambutan dari Tokoh Masyarakat saat acara Umbul Dungo Puja Bekti di Situs Wurandungan (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)
Acara iyang digelar selepas isya ini merupakan inisiatif Warga Dusun Bendungan bersama Pelestari Purbakala dan Budaya Indonesia (PPBI). Kegiatan berlangsung di sekitar struktur bata kuno yang ditemukan pada 2024 lalu.
Prosesi dimulai dengan sambutan, dilanjutkan dengan kidung, doa bersama, sambutan tokoh masyarakat dan budaya, serta ditutup dengan makan bersama sebagai simbol rasa syukur.
“Kegiatan ini bentuk penghormatan kepada Tuhan dan leluhur, sekaligus langkah nyata menjaga situs yang telah menjadi bagian penting identitas desa,” kata Rudi kepada TIMES Indonesia.
Masyarakat Dusun Bendungan berkumpul menghadiri acara Umbul Dungo Puja Bekti di Situs Wurandungan (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)
Umbul Dungo Puja Bekti dilaksanakan di kawasan yang kini diyakini merupakan bagian dari sistem permukiman kuno yang berafiliasi dengan Kerajaan Kanjuruhan. Disebutkan, ritual ini sebagai medium spiritual sekaligus sosial untuk masyarakat Desa Bendungan.
Keberadaan Situs Wurandungan
Situs Wurandungan telah memulai proses penggalian oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI beberapa waktu lalu. Sejak ditemukan struktur bangunan berbahan batu bata, upaya penyelamatan atau konservasi menjadi keniscayaan.
“Awalnya kami tidak menyadari, karena hanya melihat banyak batu bata di sekitar sini. Setelah kami tancapkan bambu saat persiapan acara rutin macapatan di hari Jumat, kami menemukan struktur bata kuno yang tertimbun di dalam tanah,” ungkap Rudi.
Konservasi awal telah dilakukan dengan rekomendasi untuk pemugaran total. Situs ini diperkirakan masih dalam satu koridor budaya dengan kawasan Dinoyo di Kota Malang yang menjadi titik penting Kerajaan Kanjuruhan.
Menurut literatur arkeologi, kawasan Wurandungan disebut dalam Prasasti 948 Masehi sebagai sima atau tanah perdikan, ini menunjukkan bahwa kawasan tersebut memiliki status khusus, kemungkinan bebas dari pajak atau kewajiban tertentu, karena dikaitkan dengan bangunan suci atau kahyangan. Posisi geografisnya yang dekat Sungai Brantas menambah nilai strategis situs tersebut dalam jaringan transportasi masa lampau.
“Situs ini penting karena mengandung nilai sejarah, spiritualitas, dan peradaban masa lalu. Masyarakat sangat antusias dan merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaganya,” ucap Rudi.
Pelibatan masyarakat dalam kegiatan Umbul Dungo Puja Bekti menjadi bukti konkret bahwa tradisi lokal dapat bersinergi dengan pelestarian arkeologis. Selain memperkuat keterikatan emosional warga, acara ini juga menjadi sarana edukatif lintas generasi.
Keberadaan Situs Wurandungan dan tradisi yang menyertainya dinilai bisa menjadi pemantik pengembangan berbasis budaya. Kepala dusun menekankan perlunya keterlibatan aktif pemerintah kabupaten agar ekskavasi dapat segera berlanjut ke tahap dua.
“Harapan saya, pemerintah kabupaten bergerak cepat untuk melanjutkan ekskavasi tahap dua. Situs ini aset sejarah dan jati diri Malang,” ucap Rudi.
Ia juga menekankan pentingnya menjadikan pelestarian budaya sebagai prioritas, mengingat banyak situs sejarah di Kabupaten Malang yang belum mendapat perhatian maksimal. Menurutnya, warisan budaya bukan hanya bagian masa lalu, tetapi potensi untuk membangun masa depan.
“Fokus pemerintah terhadap budaya saat ini masih belum tinggi. Padahal, situs seperti ini bisa jadi pusat kajian sejarah dan wisata budaya,” ujarnya.
Situs Wurandungan berpeluang menjadi ruang kultural yang hidup dan produktif. Aktivitas seperti Umbul Dungo Puja Bekti memperlihatkan bahwa nilai budaya dapat terus dilestarikan melalui partisipasi aktif masyarakat.
Umbul Dungo Puja Bekti yang digelar di Situs Wurandungan memperlihatkan integrasi antara nilai spiritual, budaya, dan sejarah dalam satu peristiwa. Tradisi tersebut tidak hanya menjadi bentuk syukur, tetapi juga upaya aktif menjaga dan memelihara warisan leluhur yang memiliki nilai penting bagi masyarakat dan peradaban Malang. (*)
Pewarta | : Ardana Pramayoga (MG) |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
BMKG Imbau Waspadai Suhu Panas Hingga 34 Derajat
Halal Fest 2025 Hasilkan Donasi Rp1,8 Miliar untuk Palestina
Serunya Petro Agrifood Expo Gresik, Pengunjung Bisa Belanja hingga Belajar Bertani Modern
Sekolah Rusak, Siswa MI di Lebak Terpaksa Belajar di Gubuk
Rodrigo de Paul Siap Berikan Kemampuan Terbaik untuk Inter Miami
Traveling Efisien Anti Repot: Inilah Trik Packing Ringan Namun Tetap Fungsional
Kereta Hantu Pabrik Teh, Wahana Horor Baru yang Siap Uji Nyali di Citimall Cianjur
Pejuang NU Asal Pacitan, H. Sifaul Janan Wafat Saat Hendak Salat di Masjid
Target Operasi di Cianjur: Ratusan Botol Miras Disita, Puluhan Pelajar Diamankan
Timnas Voli Putri U-21 Tumbangkan Seniornya