TIMESINDONESIA, CIMAHI – Mochamad Fathur Rahman, pemuda asal Kota Cimahi, menjadikan seni dan budaya sebagai bagian penting dalam hidupnya. Lahir sebagai anak ketiga dari enam bersaudara, ia tidak hanya menamatkan pendidikan di jurusan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia, tetapi juga menorehkan prestasi di panggung budaya.
"Budaya adalah jati diri kita sebagai bangsa. Tanpa itu, Indonesia kehilangan daya tariknya," ujar Fathur dalam wawancara eksklusif bersama TIMES Indonesia, Sabtu (26/7/2025). Keyakinannya terhadap pentingnya budaya menjadikannya aktif di berbagai kegiatan seni.
Kecintaan Fathur pada budaya bukan sekadar teori. Ia membuktikannya lewat kiprahnya di berbagai ajang, mulai dari Duta Persahabatan Bumi Siliwangi 2022, Jajaka Wakil II Kota Cimahi 2024 hingga terpilih sebagai Jajaka Mimitran Jawa Barat 2025.
Bahkan, pemilik akun media sosial Instagram @mfr27_ pernah mewakili Indonesia dalam program silang budaya di Malaysia. "Saya ingin budaya Indonesia dikenal dan dicintai, tidak hanya oleh kita, tapi juga dunia," kata pemuda berusia 24 tahun dengan nada penuh semangat.
Selama menjadi mahasiswa, Fathur aktif dalam KABUMI UPI, sebuah organisasi pelestari seni. Keahliannya memainkan angklung membawanya tampil sebagai vokalis Angklung Orchestra di hadapan 10.000 mahasiswa baru pada tahun 2024.
"Lewat musik, saya ingin menyampaikan bahwa budaya bisa menyatukan banyak orang dari berbagai latar belakang," ucapnya. Ia juga memperkenalkan angklung di Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia, sebagai bagian dari diplomasi budaya.
Bagi Fathur kemajuan teknologi adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, budaya lokal bisa lebih mudah disebarluaskan. Di sisi lain, budaya asing juga cepat masuk dan bisa menggantikan budaya asli jika tak dijaga.
"Untuk itu kita semua harus cerdas memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan jati diri," ungkap Fathur yang hobi menyanyi dan bekerja sebagai karyawan swasta di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agrikultur.
Fathur mengajak generasi muda agar lebih aktif mencintai dan melestarikan budaya.
"Kita bisa mulai dari hal kecil, seperti mengenalkan makanan tradisional seperti rasi dari Cireundeu atau menjadikan angklung tampil di berbagai acara," tuturnya.
Lebih jauh dirinya menekankan bahwa pelestarian budaya harus didasarkan pada cinta tanah air dan dilakukan sepenuh hati.
"Jangan sampai budaya kita justru diakui bangsa lain karena kita lalai menjaganya," pungkasnya.(*)
Pewarta | : Wandi Ruswannur |
Editor | : Imadudin Muhammad |
Demam Layangan di Majalengka, Tradisi Lama yang Kembali Mengudara
SPBU di Bondowoso Kehabisan BBM, Diduga Pasokan Tersendat Akibat Penutupan Gumitir
Gubernur Khofifah Apresiasi Sekolah Rakyat Ponorogo yang Layani Siswa SD, SMP dan SMA
Optimalisasi Bonus Demografi ASN Gen Z
BMKG Imbau Waspadai Suhu Panas Hingga 34 Derajat
Halal Fest 2025 Hasilkan Donasi Rp1,8 Miliar untuk Palestina
Serunya Petro Agrifood Expo Gresik, Pengunjung Bisa Belanja hingga Belajar Bertani Modern
Sekolah Rusak, Siswa MI di Lebak Terpaksa Belajar di Gubuk
Rodrigo de Paul Siap Berikan Kemampuan Terbaik untuk Inter Miami
Traveling Efisien Anti Repot: Inilah Trik Packing Ringan Namun Tetap Fungsional