TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Kolaborasi lintas sektor terus dibangun Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF). Bukan hanya untuk percepatan sektor pariwisata naik kelas. Namun lembaga dibawah naungan Kementrian Pariwisata tersebut juga berupaya mewujudkan ketahanan pangan pariwisata Labuan Bajo.
Ya, seperti yang dilakukan BPOLBF, hari ini (26/7/2025). Lembaga dibawah kepemimpinan Dwi Marhen Yono, bersama Yayasan St. Damian Binongko, bekerja sama dengan Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines) menginisiasi Program Pendampingan Pengelolaan Kebun Hortikultura. Kegiatan diawali dengan penanaman bibit sayur dan tanaman buah di Perkebunan Yayasan St. Damian Binongko yang terletak di Jalan Batu Cermin, Cowang Dereng, Labuan Bajo.
Di sini, Yayasan St. Damian Binongko sekaligus secara resmi membuka Kebun Ketahanan Pangan tersebut sebagai upaya nyata mendukung program Ketahanan Pangan Nasional serta turut memperkuat rantai pasok kebutuhan sayur dan buah di Labuan Bajo. Program ini juga menjadi bagian dari kolaborasi lintas sektor dalam upaya membangun sistem pangan yang berkelanjutan, regeneratif, inklusif, dan berdaya saing tinggi di kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas Labuan Bajo Flores.
Acara peresmian dihadiri langsung, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Johanis Asadoma. Dalam sambutan, dia berharap peresmian Kebun Ketahanan Pangan dan program pendampingan pengelolaan kebun hortikultura dapat menjadi role model untuk komunitas pangan lain di Labuan Bajo Flores serta Nusa Tenggara Timur (NTT).
Plt Direktur Utama BPOLBF, Dwi Marhen Yono. (Foto : Dokumentasi TIMES Indonesia)
“Harapan saya ke depan, ini akan menjadi role model yang mendorong bertumbuhnya komunitas-komunitas pangan lainnya di Labuan Bajo. Dengan memanfaatkan setiap lahan kosong yang ada, dengan tanaman-tanaman hortikultura untuk meningkatkan ketahanan pangan kita,” katanya.
Pimpinan Yayasan St. Damian Binongko, Suster Lidwina, menyampaikan bahwa lahan pembibitan sayur dan buah tersebut merupakan lahan kosong milik yayasan. Selanjutnya dimanfaatkan sebagai kebun pangan lokal untuk mencukupi kebutuhan internal. Jika terdapat surplus, akan dipasarkan ke hotel dan restoran di Labuan Bajo sebagai bagian dari penguatan rantai pasok pangan lokal.
"Kebun ini akan menjadi pusat budidaya berbagai jenis sayur-sayuran seperti sawi, terong, labu, kangkung, bayam merah, pakcoy, timun, dan lainnya. Selain itu, kebun ini juga akan menanam aneka buah-buahan tropis seperti nangka, sirsak, jambu, mangga, kelengkeng, hingga alpukat,” ungkapnya.
Sementara itu, Plt. Direktur Utama BPOLBF, Dwi Marhen Yono menyampaikan, penguatan sektor pangan lokal merupakan bagian tak terpisahkan dari pengembangan destinasi pariwisata yang berkelanjutan, regeneratif, dan berdaya saing.
“Ketersediaan pasokan pangan yang stabil, sehat, dan berasal dari komunitas lokal menjadi fondasi penting untuk mendorong pariwisata berkelanjutan dan regeneratif. Kolaborasi ini adalah wujud nyata sinergi multipihak dalam mendukung ketahanan pangan sekaligus memberdayakan masyarakat lokal secara langsung,” beber Marhen.
Untuk diketahui, kebun Ketahanan Pangan Yayasan St. Damian ini juga bermitra dengan Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines) sebagai pelaksana program. Yakines merupakan salah satu yayasan yang tergabung dalam Konsorsium Pangan Bernas bersama Yayasan KEHATI dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) melalui program Urban Futures yang mendorong transformasi sistem pangan lokal di Manggarai Barat.
Salah satu upaya tambahan dari inisiatif ini adalah penyelenggaraan pameran pangan lokal di Kebun St. Damian. Kemudian akan menjadi ruang untuk memperkenalkan sekaligus menyelamatkan benih-benih lokal melalui peran aktif pemuda dan petani setempat.
Riani, perwakilan dari Yakines menyampaikan, ke depan pendampingan untuk penguatan pangan ini akan mencakup teknik budidaya, manajemen hasil panen, serta pengelolaan distribusi secara berkelanjutan.
"Termasuk mengembangkan pertanian secara organik dengan berbagai jenis pupuk yang akan kami buat, dan akan mendampingi mereka untuk menguasai teknik bertanam,” ujarnya.
Melaui program ini, BPOLBF terus mendorong inisiatif serupa di berbagai titik wilayah koordinatif untuk memastikan bahwa industri pariwisata tumbuh bersama masyarakat dan sumber daya alam pendukung. Diharapkan, program ini dapat menjadi contoh dalam penguatan ketahanan pangan berbasis komunitas serta membuka peluang kolaborasi dengan pelaku pariwisata untuk menciptakan ekosistem pangan lokal yang berkelanjutan dan berdaya saing di Labuan Bajo. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Eri Cahyadi: Koperasi Kelurahan Merah Putih Bisa Jadi Penggerak Ekonomi Kerakyatan
Demam Layangan di Majalengka, Tradisi Lama yang Kembali Mengudara
Polres Bondowoso Selidiki Video Penganiayaan Remaja yang Viral di Media Sosial
SPBU di Bondowoso Kehabisan BBM, Diduga Pasokan Tersendat Akibat Penutupan Gumitir
Gubernur Khofifah Apresiasi Sekolah Rakyat Ponorogo yang Layani Siswa SD, SMP dan SMA
Optimalisasi Bonus Demografi ASN Gen Z
BMKG Imbau Waspadai Suhu Panas Hingga 34 Derajat
Halal Fest 2025 Hasilkan Donasi Rp1,8 Miliar untuk Palestina
Serunya Petro Agrifood Expo Gresik, Pengunjung Bisa Belanja hingga Belajar Bertani Modern
Sekolah Rusak, Siswa MI di Lebak Terpaksa Belajar di Gubuk