TIMESINDONESIA, SURABAYA – Di balik narasi kepemimpinan humanis Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, terdapat kerja-kerja strategis yang memastikan Jawa Timur tetap tangguh menghadapi bencana. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU SDA) Jatim, Ir. Baju Trihaksoro M., M.A., menyebut kepemimpinan Khofifah dapat dirangkum dalam tiga kata kunci: cepat, empatik, dan adaptif.
“Setiap kejadian banjir, Ibu Gubernur selalu memberi arahan untuk segera berkolaborasi menangani infrastruktur yang rusak, bahkan turun langsung ke lapangan memastikan penanganan berjalan cepat dan optimal,” ungkap Baju dalam wawancara khusus.
Respons cepat itu, lanjutnya, terlihat jelas di Lamongan, Lumajang, Trenggalek, hingga Probolinggo. Kehadiran langsung sang gubernur menjadi motor penggerak bagi dinas teknis untuk bergerak. Pemprov Jatim juga memperkuat koordinasi lintas sektor dengan membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) yang melibatkan BPBD, Dinas PU, Dinas Sosial, relawan, dan media.
Infrastruktur sebagai Tembok Ketangguhan
Kepemimpinan yang humanis sekaligus strategis itu kemudian diterjemahkan ke dalam proyek-proyek infrastruktur vital. Dinas PU SDA mencatat sederet pembangunan yang lahir dari hasil kolaborasi pascabencana, antara lain
Lebih dari sekadar membangun fisik, Pemprov Jatim juga mendorong inovasi teknologi kebencanaan. Beberapa di antaranya, PUSDA TIRTA (Control Room) untuk pemantauan bencana real-time. Aplikasi SIBB (Sistem Informasi Bencana Banjir) sebagai database laporan kejadian. CCTV dan Telemetri guna memantau ketinggian muka air sungai otomatis. Dan, ARR (Automatic Rainfall Recorder) berbasis digital di wilayah rawan bencana.
Selain itu, mitigasi nonfisik tetap berjalan: normalisasi sungai, revitalisasi embung, hingga edukasi masyarakat.
Buku Discover Disaster Jadi Rujukan
Baju Trihaksoro menilai kehadiran buku dokumenter Discover Disaster: The Chief Series – Khofifah Indar Parawansa menjadi penting karena merekam praktik nyata penanganan bencana.
“Buku ini jadi referensi bagi kami dalam merancang kebijakan mitigasi di kawasan rawan bencana,” jelasnya. Data dan pengalaman yang tertuang di dalamnya, menurut Baju, sangat berharga untuk perencanaan pembangunan infrastruktur pengendali banjir yang lebih terukur.
Ia juga menitipkan pesan agar seluruh stakeholder—pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat sipil, hingga media—terus meningkatkan kesiapsiagaan dan memperkuat sinergi lintas sektor.
“Literasi kebencanaan bukan hanya tentang mengetahui jenis-jenis bencana, tetapi juga tentang menumbuhkan kepedulian, kesiapsiagaan, dan keberanian mengambil peran. Jadilah generasi yang bukan hanya cerdas membaca data, tetapi juga bijak membaca situasi dan hadir membawa solusi,” pungkasnya. (*)
Pewarta | : Rudi Mulya |
Editor | : Imadudin Muhammad |
Suhu Bromo di Bulan Agustus dan September, Perlukah Sewa Jaket?
James Gunn Pastikan Sekuel Superman Segera Digarap
Israel Membunuh Lima Jurnalis AP, Reuters dan Al Jazeera
Stasiun di Banyuwangi Kini Makin Ramah Bagi Ibu Menyusui dan Anak
PT Brawijaya Multi Usaha Dukung Gerakan Indonesia Hijau Satu Dekade TIMES Indonesia
Jambret di Bondowoso Ambil Tas Calon Jamaah Umrah Hampir Dihakimi Massa
Atasi Resiko Banjir Luapan Musim Penghujan, Pemkab Malang Rehab Jembatan Krapyak
Buku Discover Disaster: Komando Gubernur Khofifah Penting Redam Bencana dan Covid-19
Zumba dan Aerobik Bernuansa Merah Putih, Meriahkan Peringatan HUT RI ke 80 di Favehotel Kediri
Laka Tunggal di Kota Banjar, Pengendara Motor Kritis Setelah Tabrak Beca