TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menekankan pentingnya inovasi yang tidak hanya berhenti pada ranah akademik, tetapi juga mampu mendorong perubahan perilaku sosial dan rekonstruksi mindset masyarakat.
Pesan tersebut ia sampaikan saat menjadi dosen tamu dalam mata kuliah "Kepemimpinan dan Inovasi Sektor Publik" di Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (29/9/2025).
Menurut Hasto, transformasi sosial membutuhkan waktu panjang dan harus dimulai sejak dini melalui pendidikan. Pendidikan, kata dia, menjadi kunci dalam menanamkan pola pikir maju yang akan mendorong terciptanya sumber daya manusia (SDM) unggul.
“Bonus demografi harus benar-benar dimanfaatkan untuk keluar dari middle income trap. Pada periode 2020 hingga 2030, dependency ratio kita berada di angka 44 persen. Artinya, jumlah usia produktif jauh lebih tinggi, dan ini harus menjadi momentum untuk mencetak SDM berkualitas,” tegas Hasto.
Hasto menjelaskan, kualitas SDM dapat diukur melalui Human Capital Index (HCI), sebuah indikator yang menilai potensi produktivitas seseorang sejak lahir hingga usia kerja. Ada tiga komponen utama dalam pengukuran ini: kesehatan, pengetahuan, dan keterampilan.
Untuk itu, lanjutnya, ada empat syarat mutlak yang harus dipenuhi agar Indonesia mampu memanfaatkan bonus demografi. Pertama, SDM yang unggul; kedua, kemampuan bekerja dan menabung; ketiga, penyerapan tenaga kerja; serta keempat, pemberdayaan perempuan.
“Namun sebelum ke arah sana, kita harus memastikan tidak ada lagi kasus stunting. Stunting berpengaruh besar terhadap kualitas generasi. Faktor penyebabnya sekitar 30 persen berasal dari gizi dan kesehatan, sementara 70 persen lainnya dipengaruhi lingkungan, kemiskinan, hingga tingkat pendidikan,” jelasnya.
Dengan keterbatasan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Kota Yogyakarta, Hasto menilai penguatan SDM adalah jalan utama menuju pembangunan berkelanjutan. Menurutnya, kebijakan kota harus berbasis pada human centered development yang menitikberatkan pada kebutuhan, potensi, dan kesejahteraan masyarakat.
“Kota Yogya tidak punya SDA besar. Karena itu, pembangunan berbasis manusia harus menjadi prioritas. Kita harus menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan jangka panjang, mencetak generasi unggul, dan menyiapkan mereka menghadapi kompetisi global,” tambahnya.
Sekretaris Prodi S1 Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik (DMKP) FISIPOL UGM, Erda Rindrasih, turut mengapresiasi materi yang disampaikan Hasto. Menurutnya, mahasiswa mendapat gambaran nyata bagaimana kebijakan publik tidak hanya sekadar konsep, melainkan bisa diterapkan secara konkret di lapangan.
“Mahasiswa bisa melihat langsung contoh praktik inovasi sektor publik yang dijalankan dengan komunikasi, partisipasi, dan kolaborasi lintas sektor. Ini sangat penting untuk membekali mereka sebagai calon pemimpin masa depan,” ujar Erda.
Melalui kuliah tamu ini, Hasto berharap generasi muda Yogyakarta mampu mengambil peran penting dalam membangun bangsa. Dengan bonus demografi yang tengah berlangsung, peluang Indonesia untuk menjadi negara maju terbuka lebar, asalkan SDM yang lahir benar-benar unggul, sehat, dan berdaya saing global. (*)
Pewarta | : A Riyadi |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Santri Menangis di Depan Reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny: Teman-Teman Kami Masih di Dalam
Kodim 0833 Kota Malang Gelar Lepas Sambut Dandim, Letjol Dedy Azis Resmi Jabar Komandan Baru
Ponpes Al Khoziny Sidoarjo; Sejarah, Tradisi, dan Tokoh Pendidikan Ulama Nusantara
Politik Dewasa, Prabowo Tegaskan Kerja Sama Pemerintahan Bisa Terjalin Lintas Partai
Polda Jatim: 79 Santri Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Jadi Korban Reruntuhan
Puluhan Korban Ambruknya Bangunan Ponpes Al Khoziny Dirawat di RSI Siti Hajar, Satu Santri Meninggal Dunia
Ditunjuk Sebagai Lokasi Simulasi MBG, Begini Respons Siswa SDN Sidorejo 01 Wungu Madiun
11 Perusahaan Antre IPO, BEI Targetkan 1.000 Emiten Tercapai Akhir 2025
Transparansi Jadi Kunci Ketahanan Energi dan Demokrasi
Topan Bualoi Tewaskan 12 Orang di Vietnam, Puluhan Nelayan Hilang