TIMESINDONESIA, MALANG – Sungai Brantas kembali menjadi saksi hidup kearifan lokal. Setelah enam dekade vakum, masyarakat Desa Sukowilangun, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang, kembali menggelar tradisi Umbul Dungo dan Slametan Larungan di tepi Bendungan Karangkates, Jumat (3/10/2025).
Di bawah langit malam yang cerah, doa dan tembang macapat bergema, menandai kembalinya tradisi warisan leluhur yang pernah hilang selama lebih dari 60 tahun.
Ketua Panitia Umbul Dungo, Imam D, mengungkapkan rasa syukurnya atas terselenggaranya kembali ritual adat yang sarat makna spiritual dan sosial.
“Acara ini bukan sekadar prosesi budaya, melainkan wujud syukur dan doa bersama masyarakat Sukowilangun, sebagai warisan leluhur sekaligus perekat persaudaraan," ujarnya.
Masyarakat Sukowilangun berharap Umbul Dungo tak lagi sekadar dikenang, melainkan menjadi agenda tahunan desa.
"Tradisi ini diharapkan mampu meneguhkan kembali kesadaran akan pentingnya bersyukur, menjaga kebersamaan, dan merawat keseimbangan dengan lingkungan," harapannya.
Umbul Dungo merupakan tradisi slametan dan sedekah sungai, sebagai ungkapan syukur atas hasil bumi, keberkahan alam, serta keselamatan warga. Selama puluhan tahun, kegiatan ini tak lagi dilakukan, hingga akhirnya lembaga adat bersama warga sepakat menghidupkannya kembali.
Prosesi diawali dengan doa bersama dipimpin tokoh adat desa, dilanjutkan dengan larungan sesaji ke Sungai Brantas. Para penggiat seni macapat melantunkan tembang-tembang klasik, menguatkan suasana khidmat sekaligus menghubungkan generasi muda dengan akar budaya leluhur.
Dalam ritual itu, warga membawa beragam tumpeng (buceng) dengan bentuk dan isi yang bervariasi. Setiap tumpeng memiliki filosofi, melambangkan doa dan harapan, serta mencerminkan nilai gotong royong masyarakat.
Tidak hanya sesaji, namun juga kebersamaan yang tercipta menjadi makna penting. Anak-anak, pemuda, hingga orang tua berkumpul dengan antusias, menjadikan acara ini ajang perekat sosial antarwarga.
Acara ini mendapat dukungan dari Perum Jasa Tirta I selaku pengelola Bendungan Karangkates yang menilai pelestarian budaya lokal juga menjadi bagian penting dalam menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan alam.
Pewarta | : Hainor Rohman |
Editor | : Hainorrahman |
Ganda Putri Indonesia Aldila/Janice Lolos ke Final WTA 125 Suzhou
Denyut Literasi Pesantren
Usai Jalani Amputasi Kaki Kiri, Begini Kondisi Haical Korban Selamat dari Reruntuhan Ponpes Al-Khoziny
Marc Marquez Minta Maaf ke Alex Rins Atas Insiden di Sprint Race MotoGP Indonesia
Marco Bezzecchi Raih Kemenangan Menarik di Sprint Race MotoGP Indonesia
Mengenal Container Cold Storage RS Bhayangkara, Ruang Penyimpanan Jenazah Korban Ponpes Al Khoziny
Bappenas Tegaskan Swasembada Beras sebagai Prioritas Utama Pembangunan Nasional
Inovasi IAIT Pacitan: Café IAIT Corner Jadi Ruang Kreatif dan Diskusi Mahasiswa
Identifikasi Korban Ponpes Al Khoziny Dilakukan Hati-hati, Sekdaprov Jatim Imbau Keluarga Bersabar
Dari Amfiteater Seruni Point Bromo, ‘KICAU’ Hidupkan Lagu Anak Indonesia