TIMESINDONESIA, BUKIT TINGGI – Fajar baru menyingsing di ufuk timur. Pagi itu, Minggu (19/10/2025), Nola Ekanita, S.Farm., Apt., sudah bersiap sejak Subuh di rumah singgahnya di Batusangkar. Tepat pukul 05.30 WIB, perempuan muda asal Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar itu memacu sepeda motornya menuju Puskesmas Kumanis, Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, tempat dia bertugas sebagai apoteker.
Perjalanan dari Batusangkar menuju Puskesmas Kumanis memakan waktu cukup lama, melewati jalan berliku dan tanjakan perbukitan. Setibanya di Puskesmas, tanpa banyak jeda, Nola kembali melanjutkan perjalanan ke Nagari Sisawah, lokasi kegiatan pengabdian masyarakat dalam rangka HUT ke-75 Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Dari Puskesmas Kumanis menuju Sisawah, dia kembali menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam dengan medan yang berat dan berkelok. Semua itu dijalaninya seorang diri dengan semangat pengabdian yang tak pernah padam.
Kegiatan di Nagari Sisawah tersebut dihadiri Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah dan Bupati Sijunjung Benny Dwifa Yuswir, memberikan apresiasi kepada para tenaga kesehatan yang telah menunjukkan dedikasi luar biasa dalam melayani masyarakat, terutama di daerah pelosok.
“Berangkat pagi-pagi seperti ini sudah biasa. Kadang kami harus melawan jarak dan cuaca, tapi rasa lelah itu hilang ketika melihat masyarakat terbantu,” ujar Nola dengan senyum hangat di sela kegiatan.
Sebagai apoteker di lini pelayanan dasar, tanggung jawab Nola tidaklah ringan. Dia memastikan setiap obat yang diberikan kepada pasien aman, tepat dosis, dan efektif. Namun, peran penting itu sering kali tidak terlihat di permukaan.
Apoteker bukan sekadar membagikan obat. Kami memastikan pasien menerima pengobatan yang benar, aman, dan sesuai kebutuhan,” jelasnya.
Selain membantu dokter dalam pelayanan kesehatan, Nola juga aktif memberikan edukasi tentang penggunaan obat yang bijak kepada masyarakat. Di daerah dengan akses informasi terbatas, peran ini sangat penting agar masyarakat tidak salah dalam menggunakan obat-obatan.
Menurut Nola, bekerja di daerah terpencil bukan hanya soal tugas, tapi juga tentang makna pengabdian yang sesungguhnya.
Bagi saya, ini bukan sekadar pekerjaan, tapi bentuk tanggung jawab moral. Selama masih bisa membantu masyarakat, semua lelah menjadi ringan,” tuturnya.
Kehadiran sosok seperti Nola Ekanita menjadi cermin nyata pengorbanan tenaga kesehatan yang bekerja dalam diam. Mereka jarang disorot, namun setiap langkahnya membawa dampak besar bagi kesehatan masyarakat di pelosok.
Di momentum HUT ke-75 IDI, kisah Nola Ekanita, pegawai puskesmas di pelosok Sumbar, menjadi pengingat bahwa pengabdian di dunia kesehatan bukan sekadar profesi, tetapi panggilan hati yang menggerakkan seseorang menembus jarak, waktu, dan lelah demi kehidupan yang lebih baik bagi sesama. (*)
Pewarta | : Dioni Arvona |
Editor | : Bambang H Irwanto |
Menjelajah Pantai Srakung, Hidden Gem yang Mulai Viral di Gunungkidul
Dianggap Mirip Jurnalis di Palestina, Poster Lim Ji Yeon Dicopot
Sumber Sira Putukrejo, Oase Ketenangan di Selatan Malang
Pesantren dalam Perdebatan
Wujudkan Legislator Tangguh, Anggota DPRD Jatim Cahyo Harjo MembangunĀ Regulasi Responsif
āJadi Magnet Dunia, Penari Diaspora dari Amerika Bakal Tampil di Gandrung Sewu 2025
Angkat Tesis Kebijakan Pembangunan Pelabuhan Laut, Bambang Haryo Raih Magister Ilmu Politik
Blockchain dan Ilusi Keamanan Investasi Digital
Rayakan HUT ke-61 Partai, DPD Golkar Maluku Berbagi Seribu Paket Sembako
Kisah Nola Ekanita, Apoteker di Pelosok Sumbar; Bukan Sekadar Tugas, tapi Pengabdian