TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Udara sejuk di lereng selatan Gunung Bromo kini berpadu dengan aroma kopi yang menggoda dari Desa Kedasih. Desa yang dulunya identik dengan pertanian tradisional ini perlahan bertransformasi menjadi sentra kopi rakyat yang kreatif dan berdaya saing.
Semua berawal dari program Smart Kopi Kedasih, hasil kegiatan Hibah Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendikbudristek Tahun 2025 yang digagas oleh Tim Dosen Universitas Panca Marga bekerja sama dengan Universitas Trunojoyo Madura (UTM).
Program yang berjalan mulai September hingga Oktober 2025 ini digerakkan oleh tim lintas disiplin yang diketuai Djoko Wahyudi, bersama Novita Lidyana, Linda K. Supraptiningsih, dan Amanatuz Zuhriyah sebagai anggota.
Mereka melibatkan mahasiswa program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) serta mitra lokal, di antaranya Kelompok Tani Toto Tentrem 1 dan PKK Desa Kedasih.
Tim Dosen Universitas Panca Marga dan Universitas Trunojoyo Madura sinergi membantu petani kopi Desa Kedasih di kawasan lereng Gunung Bromo.
Salah satu terobosan penting dari program ini adalah penerapan alat pengering kopi tipe Dom Dryer hasil rancangan dosen teknik. Teknologi ini mampu memangkas waktu pengeringan biji kopi dari sepuluh hari menjadi hanya tiga hingga empat hari, dengan hasil yang lebih seragam dan berkualitas tinggi.
Tak hanya itu, limbah kulit kopi yang semula terbuang kini dimanfaatkan menjadi pupuk organik cair (POC). Inovasi ini tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga membantu petani menekan biaya pupuk hingga 15 persen.
Tim Pengabdian Masyarakat melatih pembuatan POC (puouk cair organik) daei limbah kopi.
Keberhasilan Smart Kopi Kedasih juga tak lepas dari peran ibu-ibu PKK. Mereka dilatih mengolah biji kopi sangrai dan bubuk dengan merek Kopi Kedasih, serta belajar desain kemasan dan strategi promosi digital.
Melalui akun Instagram @kopikedasih.id dan WhatsApp Business, produk mereka kini menjangkau pasar yang lebih luas.
“Dulu kami hanya membantu panen. Sekarang kami punya usaha sendiri berkat pelatihan ini,” ujar Ngasri, Ketua PKK Desa Kedasih.

Selain berdampak pada ekonomi, program ini juga memperkuat kelembagaan masyarakat. Kelompok tani kini memiliki AD/ART, struktur organisasi yang aktif, serta sistem pembukuan sederhana. Pemerintah Desa Kedasih turut mendukung dengan menyediakan coffee corner dan mempromosikan Kopi Kedasih sebagai ikon desa wisata.
Ketua tim, Djoko Wahyudi, menuturkan bahwa capaian ini menjadi langkah awal menuju tahap pengembangan berikutnya.
“Tahun depan kami menargetkan pengembangan Dom Dryer berbasis IoT, diversifikasi produk kopi, dan pembentukan koperasi Kopi Kedasih Bersatu. Harapannya, Desa Kedasih bisa menjadi model nasional pemberdayaan masyarakat berbasis kopi rakyat,” ujarnya optimistis. (*)
Pewarta: Tim Universitas Trunojoyo Madura
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
TNI Siap Diterjunkan ke Gaza, Komunikasi Prabowo dan Panglima Berjalan Intensif
Gaya 'Koboi' Menkeu Purbaya Mampu Pulihkan Kepercayaan Publik pada Pemerintah
Respons Keresahan Publik, Komisi A DPRD Jatim Susun Ulang Perda Judol-Pinjol dan Kebisingan
213 Pasien Gaza Dievakuasi ke Yordania dan Eropa untuk Perawatan Medis
Kopi Benjor Tumpang Jadi Contoh Sukses Agrowisata Kabupaten Malang
560 SPPG Sudah Kantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi untuk Program MBG
Malaysia Diserang Influenza, UNAIR SiapkanĀ LabĀ Berstandar BSL-2 dan BSL-3
Berantas Impor Ilegal, Menkeu Purbaya Fokus ke Pelabuhan Bukan Pasar
Mediasi Deadlock, Bank Mandiri Tolak Ganti Rugi Nasabah KPR di Madiun
Menpora RI: Jadikan Hari Sumpah Pemuda Momen Perkuat Nilai Patriotisme