TIMESINDONESIA, MALANG – Seorang pria dengan dua anak, Ahmad Andik (30), warga Desa Brongkal Pagelaran Kabupaten Malang harus terbaring di ruang inap Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang.
Hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi RSSA yang dikeluarkan dokter spesialis, Andik didapati mengalami masalah rectum biopsi. Dugaan kuat hasil pemeriksaaan, terdapat tumor pada bagian akhir usus besarnya.
Tetangga pasien Andik, Nurul Faiza mengungkapkan, karena penyakit tumor yang dideritannya, yang bersangkutan harus menjalani operasi kemoterapi dengan perkiraan pemulihan kondisi yang sangat lama.
"Pasien Andik harus dirujuk ke RSSA Kota Malang, setelah menjalani perawatan di dua RS. Ia tulang punggung, ada anak yang ditinggal di rumah. Pemerintah Desa sudah mendampingi 1 bulan ini," terang Faiza, kepada TIMES Indonesia, Kamis (6/11/2025).
Namun, sesuai keterangan pihak dokter yang menangani, untuk proses recovery dan penanganan kemoterapi penyakitnya sepertinya masih panjang, harus dilakukan bisa sampai 12 kali.
"Pengobatan dan pemulihannya diperkirakan masih panjang. Sedangkan pasien juga butuh biaya untuk di RS dan kebutuhan anak-anaknya di rumah," ungkap Faiza, yang juga perangkat Desa Brongkal.
Meski usianya masih muda dan produktif, Andik kerap mengeluh sakit perut hebat akibat penyakit yang dideritanya. Ia awalnya mengeluhkan sakit ambeien, dan sempat berobat beberapa klinik. Akan tetapi, sakitnya tak kunjung membaik, dan akhirnya ke rumah sakit untuk scan dan biopsi.
Setelah itu ditemukan tumor ganas di beberapa titik (usus dan anus), RSUD Kanjuruhan dan RS Wava Husada tidak mampu menangani, lalu merujuk pasien ke RS Saiful Anwar Malang.
Pasien Andik diwajibkan kontrol minimal 2 kali sebelum operasi. Ia sempat dipulangkan dan menunggu 1 minggu dengan kondisi sakit parah di rumah dan diberi obat penenang tingkat tinggi (morfin).
"Itupun setiap 4 jam sekali harus diselingi suntikan pereda nyeri ke klinik terdekat dan obat dari rumah sakit lain, baru pasien bisa tidur," terang Faiza, diamini suami pasien, Vega Afidatul Isma.
Ahmad Andik tergolong keluarga miskin secara struktural. Pengobatannya sementara terbantu cover BPJS Kesehatan dengan kepesertaan sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI).
"Selama rawat inap, yang bisa menunggui pasien di rumah sakit hanya istrinya didampingi pihak desa. Sedangkan ibu dan saudaranya yang lain bekerja dan harus berhutang untuk mengcover biaya obat dan suntik setiap harinya," kata Faiza.
Untuk meringankan biaya pengobatan hingga pemulihan pasien serta kebutuhan keluarga selama ditinggal sakit, keluarga pasien berharap uluran bantuan secara terbuka dari siapapun. (*)
| Pewarta | : Khoirul Amin |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Apple Siap Kucurkan Rp16,7 Triliun untuk 'Kawinkan' Siri dan Gemini
Diskon Gila-gilaan Akhir Tahun di Surabaya, Ini Destinasi yang Wajib Dikunjungi
Pemerintah Akselerasi PLTS untuk Capai Swasembada Energi Nasional
Indodax: Kripto Jadi Mesin Baru Pendapatan Fiskal Indonesia
KKP Kerahkan Kapal Pengawas Baru: Benteng Baru Lawan Pencuri Ikan
PPDIS Luncurkan Program BEN untuk Wujudkan Situbondo yang Inklusif bagi Disabilitas
FP UB Gelar Seminar Nasional, Dorong Sinergi Menuju Swasembada Gula Nasional
Jatanras Polda Jatim Tangkap Perampok Spesialis Mini Market
Wali Kota Batu: Selamat Datang Para Manusia Kreatif se-Indonesia
Ketika Generasi Muda Indonesia-Malaysia Melukis Warisan Arsitektur Surabaya