TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan proyek tanggul laut raksasa (Giant Sea Wall) di Pantai Utara Jawa (Pantura) tidak mungkin sepenuhnya dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurutnya, besarnya kebutuhan dana membuat pemerintah harus mencari skema pendanaan lain yang kredibel.
“Skema pembiayaannya harus kredibel karena proyek ini sangat besar. Tidak mungkin kita hanya mengandalkan APBN. Fiskal kita ada batas dan ada prioritas yang harus dipenuhi,” kata AHY di Jakarta Timur, Sabtu (27/9/2025).
AHY menjelaskan pembangunan tanggul laut ini sangat mendesak. Kawasan Pantura yang membentang melintasi lima provinsi menghadapi ancaman penurunan muka tanah dan banjir rob. Selain itu, jutaan warga tinggal di pesisir utara Jawa, ditambah keberadaan kawasan industri strategis dan kawasan ekonomi khusus yang menopang perekonomian nasional.
“Jumlah saudara-saudara kita yang tinggal di pantai utara sangat banyak. Belum lagi kawasan industri strategis dan kawasan ekonomi khusus yang juga harus dilindungi,” ujarnya.
Pentingnya proyek ini membuat Presiden Prabowo Subianto bergerak cepat dengan menyiapkan langkah strategis, termasuk membentuk badan otorita pengelola Pantura. Dalam forum Sidang Umum PBB ke-80, Prabowo bahkan menegaskan pembangunan tanggul laut raksasa sepanjang 480 kilometer ini sebagai jawaban atas ancaman perubahan iklim.
“Kenaikan permukaan air laut hingga 5 cm per tahun akibat perubahan iklim menjadi ancaman besar bagi Indonesia. Karena itu kami terpaksa membangun giant sea wall. Mungkin akan memakan waktu 20 tahun, tetapi kita tidak punya pilihan,” kata Prabowo dalam pidatonya di PBB.
Total biaya pembangunan Giant Sea Wall Pantura diperkirakan mencapai US$ 80 miliar atau sekitar Rp1.300 triliun. Proyek raksasa ini diproyeksikan memakan waktu antara 15 hingga 20 tahun pengerjaan.
Untuk menutup kebutuhan dana, AHY mengundang partisipasi swasta dan investor asing. Pemerintah disebut tengah menjajaki komunikasi dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri.
“Kita terus berkomunikasi dengan berbagai pihak, baik domestik maupun internasional, untuk menarik investasi yang kredibel,” tegasnya.
Jika berhasil direalisasikan, Giant Sea Wall bukan hanya melindungi kawasan Pantura dari bencana rob, tetapi juga menjaga keberlanjutan aktivitas industri, perdagangan, hingga permukiman warga pesisir. Dengan begitu, proyek ini dipandang sebagai investasi jangka panjang untuk ketahanan ekonomi dan sosial Indonesia di tengah krisis iklim.(*)
Pewarta | : Rochmat Shobirin |
Editor | : Imadudin Muhammad |
Padang Raih Penghargaan Nasional, Terbanyak Berikan PBG Gratis bagi Warga MBR
Gubernur Khofifah Resmikan Masjid Baitus Sholihin SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun
Nilai TKA Jadi Syarat Wajib SNBP 2026, 1,5 Juta Siswa Sudah Mendaftar
4.000 Orang di Dunia Bakal Hadir dan Meriahkan Kirab Budaya Dua Abad Klenteng Eng An Kiong Malang
Demo Ricuh di Kota Malang, Polisi Catat Kerugian Capai Rp3,8 Miliar
Lepas 1.000 Lampion, Kaliploso Hartimoon Carnival Banyuwangi 2025 Berlangsung Meriah
65 Tahun Karang Taruna, Suryadi Ingin Ada Energi Baru Kepemudaan
China Hormati Keputusan Trump Soal Penjualan TikTok ke Investor AS
BGN Pertanyakan Data 34 Dapur MBG yang Punya Sertifikat Higienis
Pembangunan Giant Sea Wall Pantura, AHY: Tak Bisa Hanya Andalkan APBN