TIMESINDONESIA, MALANG – Kabar membanggakan datang dari Kota Malang. Pada peringatan World Cities Day 2025 di Paris, Kamis (31/10/2025), Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay secara resmi menetapkan Malang sebagai anggota UNESCO Creative Cities Network (UCCN) untuk kategori Media Arts.
Dengan pengakuan ini, Malang menjadi salah satu dari dua kota di Indonesia yang masuk dalam daftar terbaru jaringan kota kreatif dunia, bersama Ponorogo. Keduanya melengkapi lima kota lain yang lebih dulu tergabung, yakni Pekalongan (kriya dan seni rakyat), Bandung (desain), Ambon (musik), Jakarta (sastra), dan Surakarta (musik).
Wakil Delegasi Tetap Republik Indonesia untuk UNESCO di Paris, Satrya Wibawa, mengatakan bahwa pengakuan ini merupakan bukti nyata berkembangnya ekosistem kreatif Indonesia di luar kota-kota metropolitan.
“Malang menunjukkan bagaimana inovasi digital dan kolaborasi kreatif dapat tumbuh dari akar komunitas dan perguruan tinggi yang kuat,” ujarnya di Paris.
UNESCO menilai Malang memiliki ekosistem media arts yang dinamis dan terus berkembang. Kota ini dikenal aktif dalam berbagai bidang seperti pengembangan game, animasi, digital storytelling, dan makerspace. Keberadaan universitas besar seperti Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, serta sejumlah inkubator startup dan studio kreatif turut memperkuat posisi Malang sebagai pusat kreativitas digital di Jawa Timur.
Dengan status barunya, Malang kini sejajar dengan deretan kota kreatif dunia di bidang Media Arts seperti Austin (Amerika Serikat), Linz (Austria), Sapporo (Jepang), Dakar (Senegal), Toronto (Kanada), Gwangju (Korea Selatan), Enghien-les-Bains (Prancis), Karlsruhe (Jerman), Guadalajara (Meksiko), Changsha (Tiongkok), Viborg (Denmark), York (Inggris), Modena (Italia), dan Namur (Belgia).
Secara keseluruhan, terdapat lebih dari 25 kota di dunia yang menyandang status Creative City of Media Arts. Dari kawasan Asia, Malang menjadi kota keempat yang memperoleh pengakuan ini — setelah Changsha (Tiongkok), Sapporo (Jepang), dan Gwangju (Korea Selatan) — sekaligus menjadi yang pertama di Asia Tenggara.
Satrya menegaskan bahwa status ini bukan sekadar penghargaan simbolis, melainkan amanah untuk terus berinovasi dan berkolaborasi secara global.
“Status ini adalah mandat untuk berjejaring dan berkolaborasi internasional melalui festival, riset, dan program kreatif bersama,” tegasnya.
Sebagai tindak lanjut, Pemerintah Kota Malang bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan menyusun rencana aksi empat tahun untuk memperkuat ekosistem media arts yang inklusif dan berkelanjutan. Langkah ini diharapkan dapat membuka peluang kerja sama lintas negara, sekaligus menjadikan Malang sebagai laboratorium kreativitas digital yang merepresentasikan kekuatan konten lokal Indonesia di kancah global.
Kini, Indonesia memiliki tujuh kota kreatif UNESCO yang mencerminkan kekayaan dan keberagaman budaya bangsa di berbagai bidang — mulai dari musik, sastra, desain, kriya, hingga media arts. Kehadiran Malang di antara kota-kota dunia tersebut menegaskan bahwa inovasi kreatif tidak hanya lahir dari kota besar, tetapi juga dari ruang-ruang lokal yang memiliki semangat kolaborasi dan imajinasi tanpa batas. (*)
| Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Sony Pictures Umumkan Pemeran Istri di Film The Beatles
Tarif Tiket Pendakian Gunung Rinjani Naik Mulai 3 November
UI Catat Prestasi Global Lagi, Rektor Prof Heri Raih AFEO Honorary Fellow 2025
Livoli Divisi I Tahun 2025, Bukit Asam dan Eka Mandiri Melaju ke Final Putra
Guru Mengajar Luka dan Cinta
Tjangkroekan Djoeang Tawarkan Sensasi Kuliner Langkah Nasi Osek dan Sego Sadukan di Tugu Pahlawan
Pascapuluhan Motor Brebet dan Mogok Massal, Polres Probolinggo Sidak Dua SPBU
Ekspor Kopi Bondowoso ke Pasar Internasional Bukti BRK Reborn
Sukses di Era Digital, LOGoFiliate Bukti Lulusan UC Mampu Adaptif dan Berjiwa Entrepreneur
Menemukan Dunia Baru dalam Cermin Pancasila