TIMESINDONESIA, TIMIKA – Peluang dan kesempatan bagi anak-anak Papua untuk bisa menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi dewasa ini sangat terbuka luas.Dokter Aprilda Yulifa Thalia Thomas Karupukaro, salah satu dari sekian banyak anak Papua yang cukup beruntung bisa mendapatkan bantuan beasiswa.
Ada begitu banyak tawaran beasiswa bagi anak-anak Papua untuk bisa menggapai mimpi mereka menjadi orang-orang hebat, entah itu beasiswa yang disediakan oleh pemerintah, maupun pihak swasta dan organisasi sosial lainnya.
Semenjak SMP, Thalia, demikian biasa ia disapa, sudah mendapatkan bantuan beasiswa dari Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) yang kini berubah nama menjadi Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK). YPMAK merupakan lembaga pengelola dana kemitraan dari PT Freeport Indonesia (PTFI).
"Saya sejak SMP menjadi peserta program beasiswa dari PT Freeport Indonesia melalui YPMAK. Saya masuk SMP Lokon St. Nikolaus Tomohon dan juga melanjutkan SMA di SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon. Kemudian saya melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta," tutur gadis kelahiran Timika, 19 April 2001 itu.
Pada Selasa, 4 November 2025, Thalia menjadi salah satu dari 23 orang dokter muda jebolan FK Unika Atma Jaya Jakarta yang dikukuhkan atau diambil sumpah menjadi dokter. Ia merupakan satu-satunya dokter muda yang berasal dari Tanah Papua dalam acara pengukuhan itu.
Putri dari pasangan Yulianus Thomas dan Nur Ihfa Sugianto Karupukaro itu merasa bersyukur bisa mewujudkan mimpi masa kecilnya untuk menjadi seorang dokter melalui dukungan dari banyak pihak terutama PTFI, YPMAK, termasuk orang tua dan keluarga besarnya di Timika dan Mioko.
Bagi Thalia, anak-anak Papua sangat mampu bersaing dengan anak-anak dari daerah lain, jika ada tekad dan kemauan yang kuat dibarengi dengan kerja keras untuk berhasil dalam bidang dan profesi apapun.
Jika ingin berhasil dalam studi, Thalia berpesan, maka anak-anak Papua harus bisa keluar dari 'zona nyaman'.
"Anak-anak Papua harus punya pemikiran jauh ke depan, harus berani mengambil risiko. Jangan pernah takut untuk bermimpi besar. Apalagi generasi muda Papua sekarang ini mendapatkan privilage untuk bisa sekolah kemana saja karena kita didukung dengan beasiswa dari PTFI, YPMAK maupun pemerintah," tuturnya.
Tekad Thalia untuk menjadi dokter juga tidak lepas dari pergumulan hidupnya saat melihat dan menyaksikan sendiri perjuangan warga Suku Kamoro di Kampung Mioko, Distrik Mimika Tengah, Kabupaten Mimika untuk bisa mendapatkan layanan kesehatan.
Kampung Mioko merupakan salah satu kampung di wilayah pesisir Mimika. Dulu di lokasi itu tidak tersedia fasilitas kesehatan. Warga yang sakit harus pergi berobat jauh ke Timika dimana terdapat RSUD Mimika, Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) dan fasilitas kesehatan yang lain.
"Kalau pergi di kampungnya Mama di Mioko, saya lihat sendiri bagaimana masyarakat begitu sulit mendapatkan akses layanan kesehatan. Mereka harus dayung perahu ke Pelabuhan Pomako, lalu dari Pomako baru bisa naik kendaraan untuk pergi berobat ke RSUD atau RSMM. Itu semua butuh biaya, tidak sebanding dengan penghasilan mereka. Itu yang memotivasi saya mau jadi dokter," tuturnya.
Meski saat ini sejumlah kampung (desa) di pesisir Mimika sudah memiliki fasilitas kesehatan seperti Pustu (Puskesmas Pembantu) dengan tenaga medis seperti perawat dan bidan, namun kehadiran dokter sangat dibutuhkan untuk melakukan diagnosa penyakit yang diderita warga.
Sebagai anak Papua, Thalia merasa terpanggil untuk secepatnya kembali ke Papua, terutama ke Mimika agar bisa melayani masyarakatnya dalam bidang kesehatan.
"Saya ingin hadir menjadi solusi dari keadaan yang mereka alami selama ini, karena saya juga anak Papua. Itu sebagai bentuk rasa balas budi dan terima kasih saya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada saya selama ini," ujarnya.
Usai resmi menyandang gelar dokter, Thalia harus menjalani program internship selama satu tahun ke depan. Meski penempatannya bergantung pada keputusan pihak Kementerian Kesehatan RI, Thalia berharap bisa menjalani program internship di RSUD Mimika atau RSMM Timika.
Keberhasilan Thalia menyelesaikan pendidikan dokter juga disambut rasa syukur oleh kedua orang tua dan keluarga besarnya.
Ibudanya, Nur Ihfa Sugianto Karupukaro, menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan penuh dari PTFI dan YPMAK serta semua pihak sehingga putrinya bisa menjadi dokter.
"Dukungan dari PTFI dan YPMAK luar biasa, kami tidak bisa menyampaikan dengan kata-kata, hanya bisa mengucap terima kasih karena sudah memberi kesempatan dan membantu pendidikan anak kami sampai selesai. Kami percaya ini anugerah dari Tuhan," ujar Ihfa.
Ihfa menyadari tanpa dukungan dari berbagai pihak itu, mungkin saja putrinya tidak bisa menjadi dokter, sebab biaya pendidikan kedokteran sangat mahal.
"Biayanya sangat mahal, di atas Rp500-an juta. Dengan kemampuan kami, belum tentu anak bisa menjadi dokter," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Ia juga merasa bangga karena putrinya bisa menunjukkan prestasi akademik yang bagus selama mendapatkan bantuan beasiswa dari YPMAK semenjak duduk di bangku SMP hingga menyelesaikan pendidikan dokter di Unika Atma Jaya.
Sejak SD di SD YPPK Waonaripi Timika, Thalia selalu meraih juara di sekolahnya. Bahkan saat SMP dan SMA di Lokon Tomohon, Thalia juga menjadi perwakilan dari Provinsi Sulawesi Utara mengikuti ajang olimpiade sains tingkat nasional.
Sementara saat masa pendidikan kedokteran di FK Unika Atma Jaya Jakarta, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Thalia lebih dari 3,50.
Keberhasilan Thalia menjadi dokter di mata Ihfa juga tidak lepas dari rasa tanggung jawab keluarga besarnya untuk terus berkarya bagi masyarakat Mimika, sebagaimana yang telah dirintis oleh Kakek-kakek Thalia.
Orang tua dari ayahnya yaitu Almarhum Thomas Muda Ba'to, dikenal luas sebagai salah satu perintis di Kabupaten Mimika. Demikian pun orang tua dari ibunya yaitu Almarhum Aman Sugianto juga merupakan salah satu perintis Kabupaten Mimika.
"Semoga prestasi Thalia bisa membanggakan Kakek-kakeknya yang sudah berjuang dengan penuh cucuran keringat dan air mata di Tanah Mimika. Semoga cucunya juga bisa meneladani Kakek-kakeknya untuk juga menjadi pelayan bagi masyarakat Mimika," ujar Ihfa.(*)
| Pewarta | : Antara |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Apple Siap Kucurkan Rp16,7 Triliun untuk 'Kawinkan' Siri dan Gemini
Diskon Gila-gilaan Akhir Tahun di Surabaya, Ini Destinasi yang Wajib Dikunjungi
Pemerintah Akselerasi PLTS untuk Capai Swasembada Energi Nasional
Indodax: Kripto Jadi Mesin Baru Pendapatan Fiskal Indonesia
KKP Kerahkan Kapal Pengawas Baru: Benteng Baru Lawan Pencuri Ikan
PPDIS Luncurkan Program BEN untuk Wujudkan Situbondo yang Inklusif bagi Disabilitas
FP UB Gelar Seminar Nasional, Dorong Sinergi Menuju Swasembada Gula Nasional
Jatanras Polda Jatim Tangkap Perampok Spesialis Mini Market
Wali Kota Batu: Selamat Datang Para Manusia Kreatif se-Indonesia
Ketika Generasi Muda Indonesia-Malaysia Melukis Warisan Arsitektur Surabaya