TIMESINDONESIA, JAKARTA – Presiden FIFA, Gianni Infantino, mengumumkan sebuah penghargaan baru, “FIFA Peace Prize”. Penghargaan Perdamaian ini ditujukan bagi individu yang dianggap melakukan tindakan luar biasa dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Meski begitu, FIFA belum memberikan rincian lebih jauh mengenai mekanismenya dan termasuk siapa saja yang berhak menjadi kandidat penerima.
Infantino hanya menulis di instragramnya bahwa penting untuk “mengakui kontribusi luar biasa mereka yang bekerja keras mengakhiri konflik dan mempersatukan manusia dalam semangat perdamaian.”
Minimnya penjelasan itu memunculkan berbagai spekulasi. Salah satunya, bahwa penghargaan tersebut bisa saja diberikan kepada mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang selama ini gencar mengampanyekan dirinya sebagai penerima Nobel Perdamaian—meskipun belum pernah berhasil meraihnya.
Gianni Infantino diketahui memiliki hubungan dekat dengan Trump. Keduanya kerap tampil bersama menjelang Piala Dunia 2026 yang akan diselenggarakan di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Bahkan, pada hari yang sama ketika FIFA mengumumkan penghargaan ini, Infantino dan Trump menghadiri sebuah konferensi bisnis di Miami dan sama-sama memberikan pidato.
Pada 9 Oktober lalu, sehari sebelum Nobel Perdamaian diumumkan, Infantino menulis di Instagram bahwa Trump “sangat pantas” menerima penghargaan tersebut atas upayanya dalam proses perdamaian di Gaza. Namun, penghargaan Nobel tahun ini justru diberikan kepada María Corina Machado, aktivis prodemokrasi asal Venezuela.
Ketika ditanya apakah Trump akan menerima penghargaan perdamaian FIFA, Infantino hanya tertawa dan menjawab, “Kita lihat saja pada 5 Desember.”
FIFA akan mengumumkan penerima FIFA Peace Prize pada 5 Desember 2025 di Kennedy Center, Washington D.C., bersamaan dengan acara pengundian grup Piala Dunia 2026.
Acara itu akan menentukan 12 grup berisi empat tim yang akan berlaga di 16 kota pada Juni–Juli tahun depan. Biasanya, pengundian hanya berfokus pada sepak bola, sehingga penambahan acara penghargaan ini menjadi langkah baru bagi FIFA.
Selama ini FIFA sering menonjolkan sepak bola sebagai alat untuk perdamaian dan persatuan, namun belum pernah memiliki penghargaan khusus di bidang tersebut.
Jika pada akhirnya Trump menerima penghargaan ini, hal itu bisa memperkuat anggapan bahwa FIFA Peace Prize diciptakan sebagai bentuk pengganti atas kegagalannya meraih Nobel Perdamaian. (*)
| Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
PKK dan Dinsos Kota Malang Ajak Masyarakat Kreatif Sajikan Menu Sehat untuk Tekan Stunting
Menuju Era Create in Indonesia
Lawan Brasil di Piala Dunia U-17, Timnas Indonesia Siapkan Strategi Bertahan Rapat
Aktivitasnya Diawasi, 11 Tahun Harus Wajib Lapor, Dimas Kanjeng seperti Bebas Lepas
Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp9.000 per Gram
Pemkot Surabaya Kucurkan Dana Rp5 Juta per RW untuk Dukung Kreativitas Anak Muda
Dari Papan Reklame ke Caption Media Digital
Ledakan di Masjid SMAN 72 Jakarta, 8 Orang Luka-Luka
PPI Turki: 3 Mahasiswa Indonesia Raih Prestasi di Ajang Internasional YTB
SPPG Dodik Bela Negara Rindam V/Brawijaya Siap Layani Ribuan Pelajar