TIMESINDONESIA, SURABAYA – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi turut prihatin atas fenomena maraknya guru dilaporkan ke polisi oleh orang tua. Ia meminta agar para orang tua tidak gegabah dalam mengambil tindakan hukum.
"Jika seorang guru hanya memarahi atau mendisiplinkan anak, jangan buru-buru melapor ke polisi. Sebaiknya, ajaklah guru berbicara untuk memahami akar permasalahannya," katanya usai membuka acara Masa Orientasi Orang Tua (MOOT) jenjang PAUD, SD, dan SMP se-Kota Surabaya, di SMP Al-Hikmah, Minggu (20/7/2025).
Menurut Eri, guru dan orang tua adalah mitra dalam mendidik anak. Oleh karena itu, penting sekali untuk membangun komunikasi yang efektif dan saling pengertian.
Meski demikian, ia tidak menafikan bahwa pelaporan ke polisi adalah tindakan yang tepat jika terjadi kekerasan fisik oleh guru. Namun, untuk permasalahan yang sifatnya disipliner atau miskomunikasi, ia sangat menganjurkan jalur dialog dan musyawarah terlebih dahulu.
“Baik guru maupun orang tua, marilah kita menjadi teladan yang baik bagi anak-anak dan hindari tindakan lapor polisi untuk perselisihan ringan. Kunci untuk menciptakan sinergi dalam mendidik adalah komunikasi dan pengertian, sehingga anak-anak dapat memandang guru sebagai bagian dari figur orang tua mereka,” ajaknya.
Selanjutnya, Wali Kota Eri juga menjelaskan konsep "MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) Ramah" dengan slogan "Sekolahku adalah Rumahku, Guruku adalah Orang Tuaku." Ia menekankan relevansi filosofi ini hingga kini, sembari menekankan pentingnya menanamkan rasa hormat kepada guru dan menerapkan disiplin berbasis kasih sayang.
"Selain orang tua kandung, guru adalah pendidik utama yang bertanggung jawab mendidik dan mengajarkan ilmu. Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu bersinergi dalam menerapkan disiplin kepada anak," jelasnya.
Wali Kota Eri juga mengajak orang tua untuk berintrospeksi diri jika anak-anak terlibat dalam kegiatan negatif. "Jika anak terjerumus ke jalan yang salah seperti geng motor, minuman keras, atau perundungan di sekolah, jangan hanya menyalahkan anak. Mari kita introspeksi diri sebagai orang tua, kekurangan atau kesalahan apa yang mungkin telah kita lakukan," imbuhnya.
Melalui kegiatan MOOT, Wali Kota Eri optimis bahwa pembentukan moral dan akhlak anak berdasarkan nilai-nilai agama serta Tujuh Praktik Baik Indonesia Hebat akan menjadi pondasi kuat yang sejalan dengan Pancasila. Ia yakin, ini akan mewujudkan Surabaya sebagai kota yang aman dari perundungan, geng motor, dan minuman keras.
"Dengan sinergi antara orang tua dengan sekolah, diharapkan akan terbentuk karakter anak-anak Surabaya, mulai dari PAUD, SD, hingga SMP menjadi pribadi yang saleh/salihah, berkapasitas luar biasa, dan memiliki kebangsaan yang kuat," ucapnya. (*)
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Coban Sewu: A Thrilling Encounter with the Niagara of East Java
Menyemai Harapan melalui Pendidikan Positif
'A Slice of Europe In Uluwatu’: Bartolo Curi Perhatian Media Asia Pasifik di Dunia Kuliner Bali
Yangwang U7 Tandai Capaian BYD Produksi 13 Juta Unit Mobil Listrik
Marcus Rashford Lolos Tes Medis di Barcelona, Siap Gabung Sebagai Pemain Pinjaman
Dua Arah Jalan Perdagangan
Imbang Lawan Malaysia, Timnas U-23 Lolos ke Semifinal ASEAN U-23 Championship 2025
Pemerintah Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi 5% di Akhir 2025, Didorong Kesepakatan Tarif AS-Indonesia
Bupati Sleman Apresiasi Program KDMP, Komitmen Kawal Implementasi di Desa
Babak Kualifikasi Porprov Jabar Tak Dianggarkan Pemkot, KONI: Kota Banjar Ripuh