TIMESINDONESIA, MALANG – Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Heri Cahyo Bagus Setiawan, menegaskan bahwa peran kiai, santri, dan pesantren hari ini tidak lagi hanya berjuang di medan dakwah atau pendidikan, melainkan juga di ranah kemandirian ekonomi umat.
Pernyataan itu disampaikan Heri usai diumumkan sebagai juara 3 pemenang Lomba Menulis Opini Hari Santri 2025 yang diselenggarakan oleh TIMES Indonesia melalui program Kopi TIMES, Senin (3/11/2025).
Ajang literasi tahunan tersebut mengusung tema besar “Kiai, Santri, dan Pesantren” dan diikuti ratusan peserta dari berbagai kalangan, mulai dosen, akademisi, hingga santri.
Dalam opininya yang berjudul “Peran Kiai, Santri, dan Pesantren Entrepreneur dalam Kemerdekaan Ekonomi Umat”, Heri menekankan pentingnya transformasi peran pesantren di era ekonomi digital.
“Jika di masa perjuangan kemerdekaan jihad para ulama dan santri diwujudkan dengan mengangkat senjata, maka di era kecerdasan buatan ini jihadnya adalah menguatkan ekonomi umat melalui kewirausahaan yang berdaya saing dan berkelanjutan,” ujarnya.
Ia menilai, keberadaan pesantren dengan ribuan jaringan alumninya adalah potensi besar dalam membangun ekosistem ekonomi berbasis nilai, etika, dan keberlanjutan.

Bagi Heri, inilah bentuk nyata kontribusi pesantren terhadap kemerdekaan ekonomi umat yang sejati.
Lebih lanjut, Heri menyampaikan apresiasi tinggi kepada TIMES Indonesia yang telah menjadi ruang ekspresi bagi para akademisi dan santri untuk menyampaikan ide dan gagasan.
“TIMES Indonesia tidak hanya memfasilitasi karya, tetapi juga menumbuhkan semangat keilmuan, kebermanfaatan, dan kolaborasi. Saya melihat komitmen tulus mereka untuk terus mengedukasi publik,” tuturnya.
Ia juga menilai, kehadiran TIMES Indonesia sebagai media yang aktif mendorong literasi publik merupakan bentuk tanggung jawab sosial yang menginspirasi.
“Dengan segala prestasi dan karyanya, TIMES Indonesia menunjukkan keteladanan media yang tidak hanya memberitakan, tetapi juga menginspirasi,” tambahnya.
Bagi Heri, menulis adalah bagian dari proses belajar yang tak pernah selesai.
“Menulis bukan sekadar menyalurkan ide, tetapi juga mengasah kepekaan. Dengan menulis, saya terdorong untuk membaca baik literatur maupun fenomena di sekitar kita. Semua itu memperkaya cara pandang dan menumbuhkan kedewasaan berpikir,” pungkasnya.(*)
| Editor | : Hainorrahman |
Budi Candra Setya Sukses Jadi Jurnalispreneur Lewat Roti Mexican Bun Mr. Can
Amerika dan Tiongkok Adu Cepat Kuasai Tambang Helium-3 di Bulan
Ommo.. Drakor Legendaris Princess Hours akan Dibikin Reboot
Pemkab Banjarnegara Gelar Resmi Pelepasan Sekda Indarto dan Istri
Bupati Trenggalek Perintakan Warga Rawan Bencana Segera Mengungsi
Hak Jawab Kementan: Ke TEMPO Bukan Pembredelan, tapi Upaya Uji Kebenaran
KGB Open II 2025 Dibuka, 600 Peserta dari Berbagai Daerah Siap Berlaga di Kota Banjar
Tanam Mangrove Bersama Kaka Slank, Gubernur Khofifah Ajak Lintas Elemen Wujudkan NZE 2060
Strategi Menkeu: Dana Rp200 T di Himbara Bikin Likuiditas Melejit
Prabowo Ngebut Bangun Kereta di Luar Jawa, AHY Beberkan Alasannya