TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan pentingnya melestarikan warisan sejarah dan nilai-nilai luhur para tokoh bangsa. Ia menekankan bahwa pelestarian ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga oleh para pewaris tokoh tersebut melalui pendirian museum dan perawatan benda-benda bersejarah.
“Kalau kita lihat museum yang didasarkan dari perjalanan seperti Pak Soesilo Soedarman ini bisa diikuti juga oleh para tokoh lain dan pewarisnya. Kita bisa mewarisi sejarah luar biasa dan banyak cerita yang tidak hilang,” ujar Fadli Zon dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (12/9/2025).
Museum Soesilo Soedarman diresmikan pada tahun 2000 di Cilacap, Jawa Tengah, sebagai penghormatan untuk almarhum Jenderal Soesilo Soedarman (1928–1997). Sang jenderal dikenal sebagai perwira tinggi TNI yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada Kabinet Pembangunan VI (1994–1997), Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi pada Kabinet Pembangunan V (1988–1993), serta Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (1986–1988).
Museum ini menyimpan berbagai koleksi memorabilia, artefak militer seperti senjata, seragam dinas, mobil dinas, artikel, hingga foto-foto perjalanan hidup Soesilo Soedarman baik sebagai prajurit maupun pejabat publik.
Selain itu, Fadli Zon juga menyambangi Museum Pusaka Kalibening di Dusun Kalibening, Desa Dawuhan, Kecamatan Banyumas, Jawa Tengah. Museum ini memiliki 724 koleksi pusaka hasil sumbangan warga, meliputi keris, pedang, tongkat, hingga kitab kuno.
Keunikan museum ini terletak pada tradisi jamasan pusaka, yakni ritual pembersihan benda pusaka peninggalan leluhur seperti keris dan tombak. Tradisi ini umumnya dilakukan setahun sekali pada bulan Suro (Muharram), namun di Kalibening dilaksanakan pada bulan Maulid sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang serta pelestarian nilai budaya dan spiritual.
Fadli Zon menilai kunjungan budaya ini menjadi momen refleksi penting untuk terus meningkatkan kualitas museum di Indonesia. Menurutnya, museum tidak boleh hanya dipandang sebagai ruang penyimpanan, tetapi harus menjadi pusat edukasi, pelestarian sejarah, dan tempat menanamkan nilai kearifan lokal lintas generasi. (*)
Pewarta | : Antara |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Seni Bertahan Hidup di Era Digital
Inilah Daftar Pemain Soedirman Cup 2025 Kemarin di Pacitan ada Pemain Timnas hingga Proliga
Kilau Sang Ratu di Panggung Dunia, Kalisa Putri Melangkah Menuju Miss Tourism World 2025
Bandara Supadio Buka Kembali Penerbangan Rute Pontianak–Kuching
Koperasi Merah Putih dan Konvensional di Bondowoso Bisa Bersinergi Mendorong Ekonomi Desa
Bagi-Bagi Untung dari Transfer Uang ke Luar Negeri: Ajak Teman Pakai Transfez, Dapat Rp100.000!
Gelontoran Dana Negara ke Perbankan Picu Rupiah Menguat
Situbondo Panen Prestasi, Mas Rio Kukuhkan Kota Santri sebagai Kabupaten UMKM Pertama di Indonesia
Bupati Ipuk Lepas 34 Kafilah Banyuwangi Berlaga di MTQ Jatim 2025
Reflasi Ekonomi, Ekonom: Dana Perbankan Harus Dibalikkan Jadi Lapangan Kerja