TIMESINDONESIA, GRESIK – Di tengah kesibukannya mengajar di UPN Veteran Surabaya, Eddy Susanto, dosen yang berdomisili di Desa Yosowilangun, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, tetap meluangkan waktu membuka les matematika gratis bagi anak-anak.
Eddy bercerita, alasan utama membuka les Matematika ini untuk menyelamatkan anak-anak dari kecanduan gawai dan menumbuhkan minat belajar sejak dini. Ia awalnya prihatin atas kondisi tersebut.
“Awalnya saya prihatin. Banyak anak SD dan SMP nongkrong di warkop, main game online sampai lupa waktu,” ujar Eddy kepada TIMES Indonesia, Rabu (11/5/2025).
Eddy yang juga pensiunan perbankan ini memulai kelas les gratis sejak beberapa tahun lalu. Ia menggandeng Pemerintah Desa Yosowilangun sebagai mitra pelaksanaan. Rumahnya di Jalan Bondowoso, GKB, kini difungsikan sebagai tempat belajar yang terbuka untuk umum.
Ia mengajarkan metode Matematika Gasing (Gampang, Asyik, dan Menyenangkan), sistem berhitung cepat yang ia pelajari langsung dari Prof. Yohanes Surya selama empat semester di BSD, Jakarta.
“Kalau anak-anak itu dilatih otaknya lewat matematika, perlahan mereka bisa lepas dari candu main HP. Saya sudah buktikan sendiri,” ungkap pria kelahiran Surabaya, 13 Mei 1963 itu.
Bagi Eddy, matematika bukan sekadar pelajaran hitung-hitungan. Ilmu ini menjadi dasar dari berbagai disiplin keilmuan, termasuk logika, sains, hingga ekonomi.
Dengan penguasaan matematika, menurutnya, anak-anak akan terbiasa berpikir sistematis dan tidak mudah menyerah saat menghadapi tantangan.
Hasilnya tak mengecewakan. Beberapa anak didiknya sudah menorehkan prestasi. Dua di antaranya, Barokha (Oka) dan Regina (Rere), berhasil lolos Olimpiade Matematika tingkat provinsi. Bahkan, Rere melangkah ke tingkat nasional.
“Anak-anak ini potensinya luar biasa. Yang penting pendekatannya harus pas, tidak menekan. Matematika juga bisa menyenangkan, asal cara mengajarnya tepat,” jelasnya.
Eddy mengaku lebih memilih sistem pembelajaran tatap muka agar bisa memahami langsung kebutuhan setiap anak. Ia juga membahas soal-soal pelajaran sekolah dan olimpiade dalam sesi lesnya.
Meski usianya tak muda lagi, semangat Eddy tak padam. Di tengah keterbatasan fasilitas dan tanpa dukungan besar, ia tetap konsisten mengajar.
Para orang tua pun memberikan dukungan penuh, bahkan peserta les kini melebihi kapasitas ruang belajar yang tersedia.
Melihat tingginya antusiasme, Eddy kini merancang program home schooling berbasis paket A, B, dan C dengan biaya terjangkau.
“Pendidikan itu mahal, tapi jangan sampai anak-anak dari keluarga tak mampu jadi korban. Saya ingin hadirkan solusi,” ujarnya penuh semangat.
Meski belum memiliki kapasitas penuh dalam menangani anak berkebutuhan khusus, Eddy tetap berupaya semaksimal mungkin memberikan pendampingan.
“Tidak ada anak yang bodoh di negeri ini. Yang ada, mereka belum bertemu guru dan sistem belajar yang tepat,” tegasnya.
Kini, di usianya yang ke-61 tahun, Eddy Susanto tak hanya dikenal sebagai dosen, tapi juga sebagai guru, motivator, dan pahlawan kecil di kampungnya. Ia percaya, masa depan bangsa bisa diselamatkan lewat langkah-langkah kecil yang tulus dan konsisten.
“Anak-anak itu penerus kita. Mereka harus cerdas, dan bisa berhitung. Kalau sekarang kita diam, siapa yang akan membimbing mereka?” ucapnya. (*)
Pewarta | : Akmalul Azmi |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
SemPox Kopi Banjarnegara, Tempat Ngumpul Aktivis dan Petani Nikmati Kopi Ala Kafe
Selecta Jadi Inspirasi, Wali Kota Batu Dorong Desa Wisata Dikelola Mandiri
Menakar Kebijakan Sekolah Rakyat
Wujud Cinta Alam, Jurnalis Grahadi dan BPBD Tanam Ratusan Pohon di Gunung Lorokan
Menko Zulhas Sebut Tour de Banyuwangi Ijen Jadi Kebanggaan Indonesia
Tekad Supriadi di Musim Ketiga Bersama Persik Kediri
Kolaborasi Bareng Siap Siaga, BPBD Jatim Launching Serentak ULD-PB Lima Daerah
Operasi Patuh Semeru 2025 Polda Jatim, Angka Laka Lantas Menurun
Tom Lembong Dapat Abolisi, Hasto Kristiyanto Terima Amnesti
UNAIR Kukuhkan 9.437 Mahasiswa Baru