TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Habib Husein bin Hadi Al-Hamid telah wafat 41 tahun silam. Namun kisah hidupnya terus hidup dan melekat di hati masyarakat, utamanya Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Haul atau peringatan hari wafatnya selalu dipenuhi ribuan jamaah. Termasuk haul ke-41 yang dilangsungkan di Masjid Al-Mubarok, kompleks Pondok Pesantren Al-Habib Muhammad Shodiq bin Husein Ahlussunnah Waljama’ah, Desa Maron Kulon, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo, Minggu (3/8/2025).
Dimulai sekitar pukul 10.00 WIB, ribuan jamaah tak beranjak dari lokasi haul akbar hingga pukul 14.00 WIB, ketika rangkaian haul tokoh yang dipercaya sebagai titisan Syekh Abdul Qodir Jaelani tersebut diakhiri dengan doa.
Habib Husein terlahir di Hadramaut, Yaman Selatan pada 1862 dari pasangan Habib Hadi bin Salim dan Syarifah Umi Hani. Tapi kecintaannya pada ilmu dan dakwah membawanya ke Indonesia, berguru ke sejumlah habib.
Berdasarkan manaqib yang dibaca saat haul, Habib Husein berguru ke Habib Ahmad bin Abdullah al-Attas di Pekalongan, Jawa Tengah yang dikenal sebagai seorang wali besar di zamannya.
Kemudian berguru ke Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdlar di Bondowoso, Jawa Timur. Dari kedua gurunya tersebut, Habib Husein diberi ijazah dan diperintah untuk berdakwah. Hingga akhirnya menetap di Desa Brani Kulon, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo pada 1939 hingga wafat.
Saat wafat pada Jumat, 5 Shafar 1406 hijriyah atau 25 Januari 1985 dalam Kalender Masehi, Habib Husein berusia 124 tahun. Perjuangan Habib Husein dilanjutkan putranya, Habib Muhammad Shodiq, kemudian oleh cucunya, Habib Abdul Qodir bin Muhammad Shodiq.
Selama hidupnya yang panjang itu, Habib Husein bin Hadi Al-Hamid jauh dari penyakit.
Suatu saat, beliau ditanya perihal resep hidup sehat dan panjang umur.
“Karena di hati saya tidak ada sedikit pun rasa benci, iri, dengki pada orang lain. Dan saya selalu ber-husnudzan (berbaik sangka) kepada Allah SWT dan Rasul-Nya (Muhammad SAW),serta kepada semua manusia,” jawabnya.
Selain itu, keistikamahan beliau Salat Subuh berjemaah di masjid, disebut menjadi salah satu resep sehat dan berumur panjang.
Kemudian setelah Salat Subuh, Habin Husein berjalan kaki selama kurang lebih 1 jam. Selain untuk bersilaturrahim kepada warga sekitar tempat tinggalnya hingag ke pasar, aktivitas itu dilakukan untuk berdakwah, menyampaikan ajaran Islam.
Habib Husein memiliki akhlak mulia. Beliau ramah, penuh kasih sayang, menghargai semua orang, dan rumahnya selalu terbuka lebar untuk tamu.
Saat berada di pasar, Habib Husein tak segan membeli dagangan para penjual. Bahkan, Habib Husein sering memborong barang dagangan dari pedagang yang tidak laku sama sekali. Tujuannya hanya satu, yakni agar pedagang tersebut tidak rugi.
Habib Husen bin Hadi Al-Hamid merupakan sosok ahli ibadah. Selama hidup, ia tak pernah meninggalkan salat berjemaah, terutama Salat Subuh.
Ia rutin membaca Ratibul Haddad, sebuah kumpulan doa dan dzikir pilihan susunan ulama besar yang nasabnya bersambung kepada Rasulullah SAW.
Dalam sehari semalam, Habib Husen bin Hadi Al-Hamid istikamah membaca selawat hingga 12 ribu kali. Itu dilakukan sebagai bentuk kecintaannya kepada Rasulullah Muhammad SAW. (*)
Pewarta | : Muhammad Iqbal |
Editor | : Muhammad Iqbal |
Dokter RSA UGM Ungkap Cara Aman Hadapi Paparan Gas Air Mata di Aksi Massa
Pendaki Beber Daftar Obat yang Wajib Dibawa Saat Naik Gunung
Tabebuya bermekaran, Lanskap Kota Pahlawan Bak Negeri Sakura
Timnas Ditahan Imbang Lebanon 0-0 dalam Laga Uji Coba FIFA Matchday
Menkeu Purbaya Yakin IHSG Rebound dalam 2 Minggu Pasca-Rreshuffle
West Point Batal Anugerahi Tom Hanks, Trump: Keputusan Cerdas!
Pelajar SMAN 1 Banjar Luncurkan Buku Antologi, Dorong Pemahaman Konflik dan Solusi Alternatif
PLN Tambah Suplai 40 MVA ke JIIPE Gresik, Target Capai 500 MVA pada 2028
Token EDENA Resmi Melantai di Indodax, Bidik Investasi Rp800 Triliun
Insiden di Perempatan Jalan Pemuda, Satlantas Blora Perketat Pengawasan Balap Liar