TIMESINDONESIA, BANDUNG BARAT – Agnes Andiani Mulyawati, akrab disapa Anes atau Nenes, adalah mahasiswi Ilmu Keperawatan Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) yang berasal dari Cilio, Desa Tagog Apu, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Di usianya yang masih muda 20 tahun, ia mantap menapaki perjalanan di dunia pageant Mojang Jajaka Bandung Barat (Moka KBB). Baginya, ajang ini menjadi ruang untuk lebih mengenal budaya, pariwisata, serta potensi daerahnya.
“Awalnya ragu karena kurang percaya diri, tapi saya ingin mengembangkan diri dan memberikan dampak positif bagi masyarakat luas,” ujarnya dalam wawancara eksklusif bersama TIMES Indonesia, pada Minggu (21/9/2025).
Sejak kecil, Agnes aktif menyalurkan minatnya di bidang seni. Semasa SD hingga SMP, ia rajin mengikuti ekstrakurikuler tari jaipong. Perjalanan itu berlanjut saat kuliah, di mana ia kerap menjadi panitia kegiatan Fakultas Ilmu Kesehatan Unjani.
Kini, Agnes dipercaya sebagai Duta Prodi Keperawatan S1. Semua pengalaman tersebut membentuk kepercayaan dirinya sekaligus memperkaya sudut pandang untuk mengabdi pada daerah.
Potret Agnes Andiani Mulyawati di lokasi wisata Bandung Barat. (FOTO: Instagram @erwin.motret02)
Agnes mengusung semangat “Kenali & Kembangkan Wisata Kita melalui Digitalisasi”. Ia menilai setiap sudut Bandung Barat memiliki cerita yang pantas diperkenalkan. Tidak hanya alam yang indah, tetapi juga budaya yang kaya dan masyarakat yang kreatif.
“Dengan digitalisasi, pariwisata tidak hanya dikenal lokal, tetapi juga mampu bersaing di tingkat global,” kata pemilik akun media sosial Intagram @agnesandiani sembari tersenyum manis.
Dalam hal ini lebih lanjut melalui kegiatan kunjungan ke destinasi wisata yang belum banyak dikenal, Agnes kerap berusaha mendokumentasikan dan mempromosikannya lewat media digital.
Baginya digitalisasi bukan hanya tren, melainkan kebutuhan. Ia percaya, promosi berbasis teknologi dapat memperluas jangkauan wisata, mengangkat UMKM lokal, dan melestarikan budaya dalam bentuk konten digital.
Menurut Agnes, digitalisasi ibarat kunci pembuka pintu pariwisata. Dulu orang kesulitan mencari informasi wisata, kini cukup membuka Google atau media sosial, semua tersedia. Dengan cara ini, akses informasi lebih mudah, wisatawan semakin tertarik, dan potensi daerah dapat dikenal luas.
Dia menyadari peluang besar yang terbuka dari digitalisasi, seperti promosi global dan peningkatan ekonomi kreatif. Namun, tantangannya tidak ringan. Masih ada kesenjangan digital, rendahnya literasi teknologi, serta persaingan konten yang semakin ketat.
“Peluang ini hanya bisa dimaksimalkan dengan kreativitas, kolaborasi, dan kesiapan masyarakat beradaptasi,” imbuhnya menjabarkan dengan jelas dan lugas.
Ke depan, Agnes berharap pariwisata Bandung Barat semakin maju melalui pemanfaatan media sosial dan platform digital. Ia juga mendorong adanya kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah, komunitas, dan generasi muda agar manfaatnya bisa dirasakan masyarakat.
Bagi Agnes, generasi muda adalah motor perubahan. “Mari kita ikut berperan aktif mengenali dan mengembangkan wisata melalui digitalisasi. Dengan kreativitas dan kepedulian pada budaya lokal, anak muda bisa menjadi duta terbaik untuk daerahnya,” pungkasnya. (*)
Pewarta | : Wandi Ruswannur |
Editor | : Deasy Mayasari |
Zulfa Laila Febriani Hadirkan Gagasan Sabda Lembur untuk Kemajuan Daerah
Polisi di Riau Diciduk karena Edarkan 1 Kg Sabu
Satpol PP Pemalang Sita Ribuan Batang Rokok Ilegal
Meninjau Efektivitas APBN 2026
Hamas Peringatkan Nasib Sandera Bila Israel Terus Menerus Menghancurkan Gaza
Lima Berita Terpopuler di Majalengka dalam Sepekan, dari Kriminal, Ekonomi, hingga Ketahanan Pangan
BMKG Pastikan Ruang Udara Manggarai Barat Aman dari Sebaran Abu Vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki
Serangan Siber Lumpuhkan Sistem Check-in di Bandara Tersibuk Eropa
Toni Dzulham, dari Pembuat Font hingga Sukses Jadi Konten Affiliator
Festival Kampung Budoyo Satukan Ragam Budaya di Malang Raya