TIMESINDONESIA, KEDIRI – Angin sejuk berhembus di bawah rindangnya pohon beringin, sementara suara burung perkutut bersahutan, menyambut setiap langkah menuju Sendang Tirta Kamandanu, kolam air untuk mandi keluarga Kerajaan Panjalu di Kediri, Jawa Timur.
Di balik keteduhan ini, tersimpan cerita berabad-abad silam. Cerita tentang Prabu Sri Aji Jayabhaya, pemandian para putri kerajaan, dan keyakinan akan mata air yang membawa berkah. Di tengah padatnya industri Kota Kediri, tempat ini menjadi pelarian sunyi sekaligus jejak sejarah yang tak lekang oleh waktu.
Sendang Tirta Kamandanu dipercaya sebagai pemandian para putri-putri Kediri. Sebuah sumber mata air peninggalan kerajaan Panjalu (Kediri) pada abad 12 Masehi. Terletak di Menang, kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri.
Nama “Tirto Kamandanu” memiliki makna sebagai sumber air kehidupan yang digunakan oleh seluruh makhluk hidup untuk sarana kehidupanya, termasuk sebagai cara untuk mengenal dan kembali kepada Tuhan YME. Sumber ini diyakini sebagai peninggalan dari Prabu Sri Aji jayabhaya, tempat dimana ia membersihkan diri sebelum melakukan ‘perjalanan’ (mokasa).
Keindahan 19 patung dewi dan kemegahan patung Ganesha di kompleks Sendang Tirta Kamandanu yang menjadi simbol pengetahuan bagi Kabupaten Kediri. (foto: Beril Bestarino/TIMES Indonesia)
Pada akhir tahun 1960 an, Yayasan Hondodento dan Padepokan Sumber Karahayon menelusuri wilayah Kediri dan menemukan kembali keberadaan petilasan Sang Prabu Sri Aji Jayabhaya (Pamuksan dan Sendang) ini yang mulai terlupakan.
Melihat nilai sejarah dan spiritualnya yang dalam, sekitar tahun 1982 mulai dilakukan pemugaran sendang untuk menjaga, melestarikan kembali jejak sejarah masa lalu sebagai sambung rasa pesan kehidupan bagi generasi masa sekarang dan masa mendatang.
Begitu melangkah memasuki Sendang Tirta Kamandanu, semilir angin sejuk berhembus kencang, membelai lembut kulit dan menenangkan jiwa. Pohon beringin tua berdiri gagah, menaungi kita dari teriknya sang surya. Dari kejauhan, merdu suara burung perkutut dan dara bersahutan, menghadirkan nuansa pedesaan yang damai dan jauh dari hiruk-pikuk, dekat dengan keteduhan hati.
Pak Tugino, seorang juru kunci Sendang Tirta Kamandanu yang menjadi saksi bisu keajaiban dari sumber air Sendang Tirta Kamandanu.
Pengunjung yang masih berdatangan untuk menikmati mengambil air dari Sendang Tirta Kamandanu. (foto: Beril Bestarino/TIMES Indonesia)
Kepada TIMES Indonesia, akhir pekan lalu, Tugiono bercerita, banyak orang yang dari seluruh nusantara bahkan manca negara berbondong-bondong untuk merasakan keajaiban sumber air sendang Tirta Kamandanu.
“Kalau usaha supaya lancar usahanya, kalau orang sakit supaya sembuh dari penyakitnya, bisa dibilang untuk obat. Jendral kalau naik pangkat juga ke sini, karena yang punya mahkota, wahyu, dan yang mengatur jagad raya adalah bedoro Wisnu,” ucap Tugino. (*)
Pewarta | : Beril Bestarino [MBKM] |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Kampung Dihias Ular Tangga Raksasa, Cara Unik Warga di Madiun Semarakkan HUT ke-80 RI
Kampung Anggur Probolinggo yang Lagi Naik Daun, Dari Krejengan untuk Indonesia
Fokus ke Pendidikan dan Infrastruktur, Banggar Jatim Soroti Kesenjangan Anggaran di P-APBD 2025
Barikan Anak Nusantara ke-4, 530 Pelajar Merawat Kebhinekaan di Kota Malang
Hadirnya Tim Terpadu ISF, KSOP Siap Dukung Pengembangan Tambak Udang di Sumba Timur
Mengetuk Hati, Cara Polisi di Pacitan Berbagi Kebahagiaan dan Ciptakan Kamtibmas Humanis
Dila Sabrina, Aktivis Cianjur yang Menyalakan Perubahan dari Panti Asuhan hingga Pemberdayaan Perempuan
Bagaskara Dwy Pamungkas di PKL VI PMII Sidoarjo: Terdidiknya Kader Pemimpin
Semarak 80 Tahun Kemerdekaan, Lomba 17-an di Kodim 0833 Malang Jadi Wadah Kebersamaan TNI dan Masyarakat
Wujud Peduli Warga, Bupati Sidoarjo Renovasi 164 RTLH hingga Layak Huni