TIMESINDONESIA, SIDOARJO – Rencana pembangunan Sekolah Rakyat (SR) di Kabupaten Sidoarjo masih tertahan di meja perencanaan. Penyebabnya, lahan yang disiapkan belum memenuhi persyaratan minimal luas yang ditetapkan Kementerian PUPR, yakni lima hektare dalam satu hamparan.
Pemkab Sidoarjo awalnya menyiapkan lahan di Desa Kajeksan, Kecamatan Tulangan, untuk menjadi lokasi pembangunan SR. Namun, hasil pengecekan menunjukkan, lahan yang dimiliki Pemkab di titik tersebut hanya seluas 4,3 hektare. Masih kurang sekitar 0,7 hektare agar sesuai ketentuan.
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial (Dinsos) Sidoarjo, Bashori Alwi, mengakui pembebasan lahan tambahan belum dapat dilakukan tahun ini. Alasannya, belum ada alokasi anggaran khusus untuk pembebasan lahan tersebut.
“Untuk pembebasan lahan belum dianggarkan, karena syaratnya harus di satu hamparan dengan luasan di atas lima hektare,” ujar Bashori, Rabu (13/8/2025).
Menurutnya, memindahkan lokasi bukanlah pilihan yang mudah. Hal itu disebabkan keterbatasan aset tanah milik Pemkab Sidoarjo. Dari hasil pendataan, lahan Pemkab di berbagai titik umumnya terpisah-pisah.
Bahkan di Desa Kajeksan sendiri, meski total aset lahan Pemkab mencapai delapan hektare, pembagiannya berada di empat titik berbeda. Lahan terluas hanya 4,3 hektare yang kini diproyeksikan sebagai lokasi SR sehingga tetap kurang dari syarat minimal.
“Jarak antarbidang tanah di Kajeksan memang tidak terlalu jauh. Namun, regulasi dari Kementerian PUPR tidak memperbolehkan lahan yang terpisah-pisah untuk pembangunan Sekolah Rakyat. Harus satu bidang utuh,” jelasnya.
Dinsos Sidoarjo saat ini masih mencari opsi pembebasan lahan tambahan agar rencana pembangunan tidak terhenti. Menurut Bashori, langkah itu menjadi satu-satunya jalan agar proyek yang sudah direncanakan sejak lama dapat direalisasikan.
Sayangnya, ketidakjelasan pembebasan lahan berimbas pada ketidak jelasan soal pembangunan Sekolah Rakyat. Hingga kini, belum ada kepastian kapan proses pembangunan akan dimulai.
“Belum ada tanda-tandanya. Semua menunggu kesiapan lahan dulu,” pungkas Bashori.
Sekolah Rakyat sendiri direncanakan menjadi fasilitas pendidikan alternatif yang memberikan akses belajar bagi warga kurang mampu, dengan mengintegrasikan program pendidikan formal dan keterampilan kerja. (*)
Pewarta | : Syaiful Bahri |
Editor | : Deasy Mayasari |
Operasi Gempur Rokok Ilegal Berlanjut, 13 Ribu Batang Lebih Diamankan di Pacitan
Beras Mahal, Warga Bondowoso Berbondong-bondong Beli Beras Bulog
Hari Pramuka ke-64, Kwarcab Kabupaten Malang Tekankan Semangat Kolaboratif untuk Bangsa
Lebih dari Sebulan, Akhirnya Jenazah ke-14 Korban KMP Tunu Pratama Jaya Berhasil Terungkap
Tim RBP Mabes Polri Tinjau Inovasi Layanan Publik Polresta Malang Kota
Pecahkan Masalah Sampah, Bupati Probolinggo Libatkan Pakar Lingkungan Asal Jepang
CEK FAKTA: Hoaks! Benarkah PLN Bagikan Token Listrik Gratis Rp250 Ribu di HUT ke-80 RI
Jadi Landasan Pembangunan, DPRD Kabupaten Probolinggo Sahkan RPJMD 2025-2029
Tiga Tahun Pengerjaan, Film Animasi Panji Tengkorak Kerahkan 250 Ahli
Buron Sampai Jambi, Polisi Tangkap Sopir Land Cruiser Tewaskan 1 Orang Wisatawan di Malang