TIMESINDONESIA, SURABAYA – Program Sekolah Rakyat hadir sebagai langkah pemerintah untuk memastikan setiap anak, termasuk dari keluarga miskin maupun miskin ekstrem, bisa mengakses pendidikan berkualitas. Dengan konsep boarding school, program ini tidak hanya memberikan pendidikan gratis dari SD hingga SMA, tetapi juga menekankan pada pembentukan karakter.
Dari 100 titik lokasi yang direncanakan, sebanyak 63 Sekolah Rakyat telah resmi beroperasi sejak 14 Juli 2025. Salah satunya adalah Sekolah Rakyat Menengah Atas XXI Unesa yang berada di Kampus II Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Sekolah ini menampung 100 siswa yang terbagi dalam empat rombongan belajar.
Sebagaimana sekolah pada umumnya, Sekolah Rakyat juga menggunakan kurikulum nasional sebagai dasar pembelajaran. Namun, program ini diperkaya dengan sarana, prasarana, serta aktivitas tambahan yang mendukung proses pembelajaran di dalam kelas maupun kehidupan di asrama.
Sekolah Rakyat Unesa tidak berhenti pada penyediaan akses pendidikan semata. Setiap siswa dibiasakan dengan rutinitas yang membentuk kedisiplinan dan karakter, mulai dari shalat duha setiap pagi, puasa Senin–Kamis, shalat tahajud, hingga makan bersama. Harapannya, para siswa tumbuh bukan hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki etika, adab, dan rasa kebersamaan yang kuat.
Nilam Purbanigrum, salah satu guru Sekolah Rakyat Unesa, menuturkan bahwa orientasi pembelajaran di sekolah ini memang berbeda dari sekolah negeri pada umumnya.
“Acuannya bukan semata pada capaian pembelajaran (CP), tetapi lebih pada pembentukan karakter. Jadi, seberapa pun capaian akademiknya, yang terpenting adalah karakternya terbentuk dengan baik,” ujarnya kepada TIMES Indonesia, Jumat (26/9/2025).
Inovasi lain dari Sekolah Rakyat adalah penyesuaian program belajar dengan latar belakang siswa. Banyak di antara mereka yang sebelumnya putus sekolah atau memiliki kemampuan kognitif berbeda, sehingga capaian akademik disesuaikan.
Jika di sekolah negeri Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) hanya berlangsung beberapa hari, maka di Sekolah Rakyat Unesa MPLS dilakukan selama dua pekan, lalu dilanjutkan dengan masa persiapan 10 pekan. Pada periode ini, siswa diberi pelajaran dasar untuk memperkuat pondasi pengetahuan mereka.
“Misalnya di pelajaran matematika, kami mengulang perkalian dan pembagian. Sekilas sederhana, tapi kenyataannya masih ada anak yang belum hafal perkalian. Karena itu, kami memastikan mereka benar-benar menguasai dasarnya dulu,” jelas Nilam yang juga mengajar Bahasa Indonesia.
Pendekatan berbasis karakter ini mendapat sambutan baik dari orang tua siswa. Banyak yang merasakan perubahan nyata pada anak mereka setelah mengikuti kegiatan di Sekolah Rakyat Unesa.
“Lewat curhatan para orang tua ke wali asuh, mereka mengaku bersyukur karena anak-anaknya kini lebih disiplin. Mereka rajin salat, tutur katanya lebih terkontrol, dan sikapnya semakin baik,” kata Nilam.
Program Sekolah Rakyat pun diharapkan menjadi model pendidikan inklusif yang tak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga membentuk generasi dengan kepribadian yang kuat dan berkarakter. (*)
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Mutasi ASN Oktober, Bupati Probolinggo Gus Haris: Awas Jangan Main Uang!
Ambivalensi Paradoks Gizi MBG
Muktamar X PPP: Pemilihan Ketum hingga Strategi Kembali ke Senayan pada 2029
Pajak Digital Tembus Rp8,77 Triliun, Kripto dan Fintech Jadi Andalan
Pemkab Bondowoso Minta Petani Kopi Hyang Argopuro Hindari Sistem Ijon
Protes Wasit Kuwait di Laga Timnas Indonesia vs Arab Saudi, PSSI Tunggu Jawaban FIFA
Vino G Bastian Hadir di Festival Film Santri Peringatan 100 Tahun Gontor di Ponorogo
Ketika DPR Malu Menyebut Asal Sekolah
Bupati Banyuwangi Tinjau Korban Gempa, Siapkan Bantuan Perbaikan Rumah
Kirab Dua Abad Klenteng Eng An Kiong, Dishub Kota Malang Siapkan Rekayasa Lalin