TIMESINDONESIA, PONOROGO – Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko menegaskan komitmen penuh Pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk mendukung dan menggemakan Gerakan Nasional Ayo Mondok.
Menurutnya, pesantren memiliki peran krusial yang melampaui sekadar tempat menimba ilmu agama, yaitu sebagai pusat pembentukan karakter positif dan peradaban.
Dukungan ini disampaikan Bupati Sugiri Sancoko di tengah persiapan Kabupaten Ponorogo sebagai tuan rumah puncak peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2025.
Peringatan HSN tahun ini secara khusus mengambil tema besar “Gerakan Ayo Mondok,” yang dirancang dengan konsep yang kekinian dan milenial atau mbois (keren).
Bupati Sugiri Sancoko kepada TIMES Indonesia, Selasa (21/10/2025) menjelaskan, bahwa substansi dari gerakan ini adalah meyakinkan publik, khususnya generasi muda dan orang tua, tentang keistimewaan pendidikan pesantren.
“Gerakan Ayo Mondok ini sangat bagus. Pondok itu bukan cuma soal mengaji, tetapi juga mengenai mentransfer karakter positif melalui keteladanan para kiai. Ini adalah nilai yang jarang ditemukan di dunia pendidikan manapun,” tegas bupati.
Ia menekankan bahwa pesantren menyediakan lingkungan yang holistik mencakup aspek spiritual, intelektual, moral, dan sosial yang berfungsi untuk 'menjaga anak-anak muda yang butuh pelukan kita bersama-sama' dan 'disentuh dengan cara teduhnya santri'.
Dalam upaya membumikan pesan 'Ayo Mondok' agar diterima lebih luas, Ponorogo mengemas peringatan HSN dengan konsep Santri Universal.
"Tujuannya adalah menjadikan Hari Santri sebagai milik seluruh masyarakat, bukan hanya kalangan pesantren," jelas Bupati Sugiri Sancoko.
Rangkaian acara telah disiapkan dengan sentuhan modern dan spektakuler, seperti Santri Run, Santri Ekstravaganza (Santri Vaganza), Halaqoh Kebangsaan, Tabligh Akbar, Pameran Manuskrip Pesantren, hingga Apel Akbar Santri.
Bupati Sugiri Sancoko bahkan telah menginstruksikan seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN), pelajar hingga pedagang untuk bersarung ala santri selama periode peringatan 13-22 Oktober 2025 sebagai wujud internalisasi nilai kepesantrenan.
"Ponorogo, meskipun tidak didukung letak geografis yang strategis, memiliki kemewahan pada nilai, budaya, dan peradaban yang kuat, di mana hubungan antara pesantren dan budaya (seperti Reog Ponorogo) sangat erat. Mimpi kita, perpaduan budaya dan santri menjadi kekuatan pembangunan Ponorogo," tukas Bupati Sugiri Sancoko. (*)
Pewarta | : M. Marhaban |
Editor | : Ronny Wicaksono |
Proyek Baru Jun Ji Hyun Setelah Tempest, Bareng Lee Byung Hun dan Ji Chang Wook
Indonesia’s Linow Lake: A Volcanic Gem with Changing Colors, Symbolizing Nature and Energy Harmony
Topeng Malangan: An Art Deeply Rooted in History
Menkeu Purbaya Siapkan Sistem Baru, Akhiri Kebiasaan Pemda Parkir Dana di Bank
Menkop Targetkan 80 Ribu Koperasi Desa Beroperasi Penuh pada Maret 2025
ASN Pemkab Sidoarjo Kena Grebek saat Pesta Gay di Surabaya, BKD: Belum Ada Laporan
Fakta Baru Kasus Istri Potong Alat Vital Suami, Polisi Gelar Rekonstruksi di Jakbar
Survei Elektabilitas Parpol di Jatim Versi ARCI: Golkar Pepet PDIP, Demokrat Meningkat
Viral Pesta Sesama Jenis di Hotel Surabaya, Ini Respons Wali Kota Eri Cahyadi
AHY Tegaskan KAI Harus Tetap Sehat di Tengah Beban Utang Kereta Cepat