TIMESINDONESIA, JAKARTA – Filipina tengah bersiaga menyambut datangnya Topan Fung Wong yang diperkirakan menguat menjadi super typhoon dengan kecepatan angin mencapai 185 km/jam. Ancaman ini muncul kurang dari sepekan setelah Topan Kalmaegi menewaskan sedikitnya 200 orang dan memicu kerusakan luas di berbagai wilayah.
Badan meteorologi Filipina (Pagasa) memperingatkan bahwa Fung Wong—atau Uwan dalam penamaan lokal—berpotensi membawa hujan lebat, banjir bandang, hingga gelombang pasang yang mengancam jiwa. Topan diperkirakan mendarat di Pulau Luzon mulai Minggu malam waktu setempat dan terus bergerak menuju Taiwan pada Selasa.
Sejumlah sekolah telah meniadakan kelas atau memindahkannya ke daring, sementara sejumlah penerbangan lokal dibatalkan. Pagasa menyebut wilayah timur Filipina mulai merasakan dampak awal berupa angin kencang dan hujan deras. Warga di daerah pesisir, termasuk Pulau Catanduanes, diminta mengungsi ke tempat yang lebih aman sebelum kondisi memburuk.
Sementara itu, upaya penyelamatan korban Topan Kalmaegi terpaksa dihentikan sementara karena kondisi cuaca memburuk akibat kedatangan Fung Wong.
Di belahan dunia lain, Brasil diguncang tornado dahsyat pada Sabtu (8/11/2025) yang hanya berlangsung beberapa menit tetapi menghancurkan hampir seluruh Kota Rio Bonito do Iguacu di Negara Bagian Parana. Angin berkecepatan hingga 250 km/jam menewaskan enam orang—termasuk seorang remaja 14 tahun—sementara lebih dari 750 warga mengalami luka-luka.
Pemerintah setempat menyatakan satu orang masih hilang. Kerusakan meluas terjadi pada rumah, sekolah, pertokoan, hingga kendaraan yang terlempar akibat dahsyatnya angin. Otoritas setempat menggambarkan kondisi kota “seperti zona perang”, dengan 90 persen wilayah mengalami kerusakan parah.
Gubernur Parana, Carlos Massa Ratinho Jr, menetapkan tiga hari masa berkabung, sementara Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyampaikan belasungkawa dan mengirimkan bantuan darurat. Tempat penampungan sementara telah dibuka di kota terdekat sambil tim penyelamat terus mencari korban di bawah reruntuhan.
Wilayah Brasil selatan memang tengah menghadapi cuaca ekstrem, termasuk badai es dan angin kencang di Santa Catarina serta Rio Grande do Sul—daerah yang tahun lalu mengalami banjir besar yang menewaskan lebih dari 200 orang. Para ahli mengaitkan intensitas bencana ini dengan dampak perubahan iklim. (*)
| Pewarta | : Widodo Irianto |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Reno Komunikasi Terakhir dengan Keluarga, Minta Uang 50 Ribu
Wow, Lisa BLACKPINK Dincar untuk Peran Rapunzel
Messi Antar Inter Miami ke Semifinal Timur, Tinggal Tiga Kemenangan Menuju Gelar MLS Cup
Semarak Malam Festival Indonesia di Atlanta Georgia
Jalan Sehat Sarungan Santri Fun Walk #6 Jadi Tradisi Ikonik HSN di Kota Malang
Rowan Atkinson Hangatkan Natal Lewat Series Man vs Baby
Data dan Fakta Proyek Monumen Reog Ponorgo yang Diselidiki KPK
Konsultasi Memori Kolektif Bangsa, Inisiasi Ikon Sejarah Hamid Rusdi di Kabupaten Malang
Sang Pahlawan: Siapa Dia dan Apa Kontribusinya?
Gempa Bumi Tektonik Magnitudo 3,1 Guncang Wilayah Majalengka