TIMESINDONESIA, JAKARTA – Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-28 Oktober bukan hanya sekadar ritual sejarah, melainkan momen strategis untuk mengaktualisasikan kembali peran generasi muda dalam membangun negeri. Menurut Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, semangat persatuan yang digaungkan pada 1928 itu relevan untuk diarahkan pada upaya kolektif menghadapi ancaman krisis iklim dan penyelamatan lingkungan.
“Jiwa Sumpah Pemuda yang mempersatukan anak bangsa dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, sekarang harus diterjemahkan menjadi komitmen bersama untuk menjaga bumi. Bersatu dan berkolaborasi menyelamatkan lingkungan adalah wujud nasionalisme masa kini,” tegas Eddy.
Ia menambahkan, upaya kolektif ini bertujuan memastikan tersedianya ruang hidup yang lebih sehat, layak, dan berkelanjutan bagi generasi penerus di tengah tantangan perubahan iklim global. Pernyataan ini disampaikannya saat menghadiri acara Singapore International Energy Week.
Eddy Soeparno meyakini bahwa generasi muda memiliki sensitivitas dan kepedulian tinggi terhadap isu lingkungan. Hal itu didorong oleh kesadaran akan dampak krisis iklim yang kian mengkhawatirkan.
Sebagai wujud kontribusi nyata, MPR RI melalui program “MPR Goes to Campus” telah menjangkau 35 perguruan tinggi di seluruh Indonesia dengan mengusung tema lingkungan dan keberlanjutan.
“Saya bersyukur, respons mahasiswa sangat antusias. Mereka tidak hanya menyampaikan aspirasi, tetapi juga langsung mengajak berkolaborasi. Semangat mereka sungguh menginspirasi,” ungkap Eddy.
Selain itu, politisi yang juga Doktor Ilmu Politik UI ini mengapresiasi berbagai gerakan lingkungan yang digerakkan anak muda, salah satunya kelompok Pandawara. Menurutnya, MPR telah beberapa kali bersinergi dengan Pandawara untuk memperluas dampak positif gerakan mereka.
“Kami berharap akan bermunculan lebih banyak lagi kelompok inspiratif seperti Pandawara di berbagai daerah. Mereka adalah bukti bahwa anak muda bisa menjadi motor perubahan,” imbuhnya.
Sebagai rumah kebangsaan, MPR membuka ruang seluas-luasnya bagi anak muda untuk terlibat dalam aksi nyata mencegah dampak krisis iklim. Eddy menegaskan, langkah menghadapi krisis iklim harus dimulai sekarang, tanpa penundaan.
“Aksi iklim dimulai dari sekarang. Krisis sudah di depan mata, tidak ada waktu untuk tunggu lagi. Mari berkolaborasi!” ucapnya. (*)
| Pewarta | : Rochmat Shobirin |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Chris Evans dan Alba Baptista Nikmati Peran Baru Sebagai Orang Tua
Musik Okol, Tradisi yang Menjaga Silaturahmi Warga Tiris Probolinggo
Dampak Proyek Drainase Suhat, Ketua DPRD Kota Malang Minta Pemkot Tepati Janji
SMK di Samarinda Bikin Prototipe Mobil Listrik, Murni Karya Siswa Tanpa Bantuan Industri
Bahlil Turunkan Tim Verifikasi Kasus Motor Brebet di Jatim
Ekonomi Kreatif Sumbang Rp1.500 Triliun ke PDB Indonesia
Jawa Timur Lokasi Potensial Sebagai Pusat Pengembangan Industri Bioetanol Nasional
Siapkan 1 Juta Hektar, Pemerintah Garap Lahan Raksasa untuk Bioetanol
Cerita Pelaku UMKM di Malang, Dagangan Sepi Terdampak Proyek Drainase
Banjir Genangi Jalur Semarang, Rute Sejumlah Kereta Dari Surabaya Diubah